JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menyatakan bahwa Indonesia tengah membangun transformasi industri bus listrik.
Kini, terdapat tiga pelaku industri yang siap melakukan produksi untuk bus listrik di Tanah Air dengan kapasitas sekitar 1.200 unit dalam satu tahun.
"Saat ini ada tiga industri yang siap beroperasi, diantaranya PT Mobil Anak Bangsa (MAB) yang diinisiasi Pak Moeldoko (Kepala Staf Presiden), PT Inka, dan PT Kendaraan Listrik Indonesia," kata Taufiek dalam Busworld Southeast Asia, Selasa (2/2/2021).
Ketiganya, lanjut dia, sudah menggunakan teknologi penggerak hibrida, plug-in hybrid, dan fuel cell yang sesuai dengan peta jalan Kementerian Perindustrian.
Di samping itu, pemerintah juga serius membangun jaringan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga 2030 mendatang.
"Semua sudah kita akomodasi teknologi yang berkembang, sudah ada (sesuai) di roadmap. Pemerintah juga telah serius menyiapkan jaringan charging station, pabrik baterai, serta hal-hal terkait penguatan infrastrukturnya," ujar dia.
Taufiek berharap, kontribusi industri bus nasional terus meningkat terhadap perekonomian Indonesia mengingat potensinya yang cukup besar.
Jika di bandingan dengan China, penjualan bus sepanjang 2020 lalu sebanyak 437.400 unit dimana 74.400 unit atau 17 persennya adalah bus listrik. Sisanya penjualan bus besar 58.000 unit, 45.000 unit bus sedang dan bus kecil 334.000 unit.
"Yang menarik bus fuel cell juga dipakai di China itu sebanyak 926 unit. Menurut beberapa studi, pertumbuhan bus dunia meningkat rata-rata 7 persen per tahun. Potensi ini bakal terus tumbuh di tahun mendatang," ucap Taufiek.
Sementara industri kendaraan niaga di dalam negeri, masih belum optimal. Pada periode yang sama, berdasarkan data Gaikindo total penjualan kendaraan jenis tersebut ialah 135.384 unit, turun hampir separuhnya dari tahun lalu imbas pandemi.
"Dari sisi demografi, Indonesia berpenduduk 260 juta terdiri dari 34 provinsi, 451 kabupaten kota tentunya membutuhkan mobilitas kendaraan besar, seperti bus," kata Taufiek.
"Di samping itu, ada pula kebutuhan sektor-sektor lain seperti pariwisata, pemerintahan, dan niaga. Jadi potensinya masih besar sehingga patut untuk didorong," tambah dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/02/03/082200115/ada-3-pabrikan-bus-listrik-dalam-negeri-disebut-siap-beroperasi