JAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran akses tol semakin memudahkan pengendara kala berpergian. Namun dengan jalur yang panjang, ada beberapa kebiasaan yang harus dihilangkan pengendara selama menggunakan jalan tol.
Salah satunya adalah kebiasaan "menempel" alias mengikuti kendaraan lain dari belakang dengan posisi dekat dalam kecepatan tinggi. Ini kerap dilakukan oleh pengendara dengan mengikuti bus antar kota yang berjalan dengan kecepatan tinggi atau kendaraan penumpang lain yang berjalan beriringan.
Terorinya adalah memanfaatkan aliran udara atau slipstream yang diklaim dapat menghemat bahan bakar. Training Director Safety Defensive Consultant, Sony Susmana, mengungkapkan, kebiasaan ini tidak boleh dilakukan, dan tidak hanya di tol tapi juga pada jalan biasa.
“Slipstream itu teknik balap, buat apa dilakukan di jalan tol biasa. Baiknya kalau memang mau menghemat bahan bakar tentu melakukan teknologi eco-driving,” ujar Sony belum lama ini kepada Kompas.com.
Sony mengungkapkan, teknik slipstream bisa diganti dengan teknik berkendara sesuai aturan di jalan tol yakni kecepatan maksimal menyesuaikan rambu. Selain itu juga putaran mesin konstan dan tidak banyak melakukan manuver.
Teknik slipstream berbahaya dilakukan mengingat jarak antar kendaraan cukup dekat. Ini dapat menimbulkan potensi kecelakaan beruntun akibat kurangnya ruang yang bereaksi.
“Teorinya kan misal keceptan 80 km per jam (kpj), jaraknya 80 meter. Bisa juga dengan teori tiga detik antar kendaraan. Itu yang justru dapat menghemat bahan bakar juga aman dilakukan,” tutur Sony.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/09/18/104200615/jangan-kebanyakan-gaya-melakukan-slipstream-di-tol