JAKARTA, KOMPAS.com - Istilah micro sleep kerap kali dikaitkan dengan kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya. Namun nyatanya, tidak hanya micro sleep. Ada jenis kelelahan lain yang tidak kalah berbahaya bernama Auto Behavior Syndrom (ABS).
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan, orang sering menyebut micro sleep sebagai penyebab kecelakaan, padahal mungkin yang sebetulnya terjadi pengemudi mengalami ABS.
“Micro sleep lebih sering terjadi karena kondisi otak yang tak awas. Sedangkan kalau ABS merupakan keletihan atau fatigue yang sangat berkepanjangan hingga tanpa sadar tertidur di jalan,” ujar Jusri kepada Kompas.com.
Micro sleep memiliki priode dari mulai dua hingga 30 detik. Biasanya terjadi saat pengemudi melewati jalanan yang monoton. Menurut Jusri, hal ini bisa terjadi karena pengemudi sudah terlalu hafal jalur yang dilewati atau jalan yang dilewati membosankan seperti tol.
“Micro sleep terjadi pada pengemudi yang melakukan perjalanan komuter. Misal, tiap hari dia lewat jalur Bekasi-Pal Merah, otak dia jenuh sehinga tidak terstimulus karena kondisi yang dilalui itu-itu saja. Micro sleep juga terjadi di laboratorium dan oprator mesin berat,” katanya.
Sedangkan, ABS lebih kompleks. Kondisi ini melibatkan berbagai faktor yang bermuara pada keletihan baik otak maupun fisik. Di Indonesia, kata Jusri, pengertian ABS sebagai gejala yang harus diantisipasi dalam berkendara belum meluas di masyarakat.
“ABS terjadi karena keletihan. Bisa kurang tidur dalam jangka waktu yang lama, misal berminggu-minggu kurang tidur. Kemudian melakukan perjalanan panjang yang menguras stamina. Kondisi ABS ini banyak terjadi di pengemudi angkutan barang dan penumpang,” kata Jusri.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/05/25/070200615/micro-sleep-memang-berbahaya-tapi-ada-juga-auto-behavior-system