JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap pebalap MotoGP dilengkapi dengan perlengkapan yang mendukung keselamatan dan keamanan. Sebab, dalam balapan tentu ada yang namanya resiko kecelakaan atau terjatuh.
Dilihat dari jenisnya, ada dua kecelakaan yang umumnya dialami pebalap, yaitu lowside dan highside.
Perbedaannya tentu ada pada proses terjatuhnya. Tapi, ada satu persamaan, yakni penyebabnya adalah kehilangan cengkraman atau grip ban.
Mengutip dari MotoGP.com, lowside adalah keadaan di mana pebalap terjatuh bersama dengan motornya, karena kehilangan grip kedua atau salah satu ban tanpa mendapatkan traksi kembali. Lowside paling sering terjadi ketika pebalap kehilangan grip di bagian depan.
Umumnya, pebalap yang terjatuh karena lowside akan terseret hingga keluar lintasan. Cidera yang dialami juga tidak separah highside.
Selain itu, pada beberapa kasus, pebalap yang mengalami lowside masih bisa menyelamatkan posisinya saat mendapat grip kembali dan menegakkan posisi motornya. Hal ini beberapa kali terjadi pada Marc Marquez.
Sedangkan untuk highside, merupakan kecelakaan di mana roda belakang meluncur ke sisi yang berlawanan saat menikung, lalu kembali mendapatkan grip, sehingga membuat motor dan pengendaranya terpelanting.
Pebalap bisa terpental karena saat ban mendapat grip, sokbreker akan mengalami rebound atau pantulan balik yang cukup keras. Highside sendiri sudah membuat banyak pebalap cedera parah, mulai dari patah tulang selangka hingga patah di bagian kaki.
Gara-gara highside, mata kaki Mick Doohan remuk dan memaksa ia untuk pensiun. Tahun 2010, Valentino Rossi mengalami patah kaki dan terpaksa absen beberapa seri hingga kehilangan kesempatan menjadi juara dunia.
Cedera yang diakibatkan oleh highside biasanya adalah patah tulang selangka, seperti yang pernah dialami Jorge Lorenzo dan Dani Pedrosa.
ECU motor MotoGP cukup pintar untuk bisa melakukan anti-wheelie. Namun, sejauh ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan lowside atau highside akan terjadi.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/05/08/160100915/mata-kaki-mick-doohan-remuk-gara-gara-kecelakaan-ini