BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Shell
Salin Artikel

Simak, Ini 5 Kesalahan Pengendara Mobil Matik yang Kerap Dilakukan

KOMPAS.com — Hari itu tidak tampak seperti biasanya. Meskipun hari libur, Karina (26) sudah mengeluarkan mobilnya dari garasi sedari pagi. “Brum.. brum..,” bunyi mobil matiknya selagi ia memanaskan mesin.

Bukan tanpa alasan ia menyiapkan mobilnya pada pagi di hari libur. Hari itu memang merupakan jadwal rutin untuk memeriksa mobil kesayangannya ke bengkel. “Harus datang pagi-pagi supaya tidak antre,” tekadnya saat itu. 

Sebagai pengendara mobil matik, Karina sadar bahwa ia harus benar-benar memperhatikan performa mobilnya, apalagi bila mobil tersebut dipacu setiap hari menerjang jalan. Tentu butuh perawatan khusus.

Saat ini mobil matik atau juga dikenal mobil bertransmisi otomatis memang menjadi pilihan favorit masyarakat Indonesia. Terlebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar dengan tingkat kemacetan tinggi.

Pasalnya, pengendara mobil matik hanya butuh usaha yang lebih sedikit ketimbang mereka yang menggunakan mobil bertransmisi manual. Hal itu karena pada mobil matik pengemudi tidak perlu repot untuk selalu menginjak kopling pada saat mengganti gigi di tengah kemacetan.

Namun, ternyata di balik mudahnya mengoperasikan mobil matik, masih banyak kesalahan yang kerap dilakukan para pengendara. Kesalahan ini bahkan bisa berdampak fatal terhadap kerusakan komponen mesin mobil.

Untuk menanggulangi hal tersebut, simak beberapa kesalahan yang acap kali dilakukan pengemudi mobil matik berikut ini.

Posisi transmisi Drive (D) saat menunggu lampu merah

Pada saat menunggu lampu merah atau saat terjebak kemacetan, masih banyak pengendara yang terkadang lupa untuk mengubah transmisi Drive (D) ke Neutral (N).

Bila transmisi masih terletak pada posisi D, mobil akan terus melaju secara otomatis. Memang pada posisi ini pengendara masih bisa menginjak pedal rem untuk menahan laju. Namun, bila hal tersebut terus dilakukan justru akan membebani kerja gearbox dan mesin.

Khawatirnya lagi, ketika pengemudi lelah, injakan rem berkurang, mobil bisa berjalan tanpa diinginkan dan berpotensi menabrak mobil di depannya. Oleh karena itu, pengemudi disarankan untuk menggunakan transmisi N saat menunggu lampu merah dan saat macet melanda.

Posisi transmisi Neutral (N) di jalanan berbukit

Bila Anda bepergian ke daerah Puncak di Bogor atau Dieng di Wonosobo tentu akan menemui jalanan berbukit. Pada jalanan jenis ini, banyak pengendara mobil matik yang masih cuek terhadap pergantian transmisi.

Misalnya, saat melewati jalanan menurun pengendara menggunakan transmisi  N dengan dalih untuk mengirit bahan bakar. Alih-alih menghemat, justru malah membahayakan diri sendiri. Hal tersebut dikarenakan pada posisi transmisi N, kendali mobil akan berkurang.

Baiknya pada kondisi jalan berbukit, kombinasikan penggunaan transmisi posisi D dan Low (L). Kombinasi tersebut untuk mengantisipasi kopling transmisi yang menjadi panas karena selalu pada posisi L.

Sementara jika selalu pada posisi D, khususnya diturunan yang curam, akan mengurangi kemampuan engine break sehingga mobil lebih cepat meluncur dan hanya bisa mengurangi kecepatan dengan pedal rem.

Kurang memperhatikan posisi persneling saat parkir

Dalam keseharian, momen terlambat datang ke suatu acara menjadi momok yang kerap dialami. Terlebih bagi warga kota besar yang sering bermacet-macetan.

Ketika seseorang datang telat, orang itu akan cenderung melakukan hal secara terburu-buru, salah satunya dalam memarkir kendaraan. Pengendara acap kali lupa untuk menggerakkan tuas transmisinya dari N atau D ke posisi Park (P).

Akibatnya, ketika injakan pada pedal rem dilepas mobil meluncur tak terkendali dan bisa menabrak kendaraan lain yang ada di depannya.

Saat memarkir kendaraan hindari juga mengubah transmisi ke posisi P saat mobil belum berhenti sepenuhnya. Karena aktivitas tersebut akan merusak pin pengunci transmisi pada kendaraan Anda.

Tidak mengganti oli transmisi sesuai jadwal

Oli transmisi merupakan salah satu komponen penting pada mobil matik. Kehadirannya berfungsi untuk memudahkan pergantian sistem transmisi dan merawat komponen-komponennya agar tidak mudah aus.

Sama seperti oli mesin, terdapat pula jadwal untuk mengganti atau menguras oli transmisi secara berkala. Umumnya, penggantian oli transmisi dilakukan setelah kendaraan menempuh jarak 20.000 kilometer atau setelah dua kali penggantian oli mesin.

Bila oli transmisi telat diganti, bagian yang akan terkena dampak langsung adalah tenaga mobil yang berkurang. Bahkan lebih parahnya lagi mobil tidak bisa bergerak. Hal itu terjadi karena temperatur mesin akan naik sedangkan pelumas pada komponen transmisinya menyusut.

Selain memperhatikan jadwal pergantian oli transmisi, Anda juga harus memilih oli transmisi yang cocok dengan kendaraan Anda, misalnya Shell Spirax S5 ATF X.

Oli transmisi Shell Spirax S5 ATF X ini selain memenuhi syarat pabrikan mobil Asia, Eropa, dan Amerika, juga mempunyai beberapa keunggulan lain. Di antaranya mengurangi gesekan untuk meningkatkan efisiensi  bahan bakar, perlindungan dari korosi dan keausan, serta menstabilkan temperatur udara pada komponen transmisi. 

Dengan mengetahui berbagai kesalahan di atas dan cara bagaimana menanggulanginya, tentu Anda akan bisa memaksimalkan performa mobil dan membuat perjalanan menjadi nyaman serta aman.

https://otomotif.kompas.com/read/2018/04/19/144100015/simak-ini-5-kesalahan-pengendara-mobil-matik-yang-kerap-dilakukan

Bagikan artikel ini melalui
Oke