Tawamangu, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahyono mengungkapkan saat ini kerugian ekspor masih belum signifikan. Ini setelah Vietnam memberlakukan kebijakan baru impor mobil CBU per Januari 2018, dengan persyaratan non-tarif.
"Kerugian ekspor itu masih belum sifnifikan. Dari ekspor, kita masih 20 persen dari domestik. Tapi kalau berlanjut terus akan berdampak," ujar Warih saat ditemui di Tawamangu, Sabtu (27/1/2018).
Warih mengungkapkan, Toyota pada 2017 mengekspor 14.000 produknya ke Vietnam. Produk tersebut adalah Toyota Fortuner Toyota sendiri pada 2017 mengekspor 200.000 produknya ke 80 negara di dunia. Produknya diterima di negara Asia Tenggara, Timur Tengah dan sebagian Amerika Selatan.
Menurut Warih, perihal masalah ekspor Vietnam perlu dilihat sebagai kebijakan masing-masing negara. Tiap negara ingin agar ditempatnya menjadi basis produksi dan membangun perekonomiannya.
"Itu idealnya memang. Kami tidak memasukkan ke individual otomotif. Soal masalah ini Presiden Joko Widodo juga sudah bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam," ucap Warih.
Warih meyakini selain Vietnam masih ada pasar lain yang dapat menjadi kesempatan untuk ekspor. Saat ini Toyora tengah menjajaki membuka pasar Amerika Selatan antara Argentina dan Maroko.
Vietnam menerapkan kebijakan baru terkait uji tipe dan uji emisi dalam regulasi nomor 116 tentang overseas vehicle type approval (VTA). Kebijakan ini mengharuskan setiap produsen melakukan uji tipe sesuai standar pemerintah Vietnam. Jika tidak sesuai maka seluruh produk ekspor akan dikirimkan kembali ke negara asal.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/01/28/094200115/toyota-belum-khawatirkan-kerugian-ekspor-ke-vietnam