Istilah yang terakhir disebut memang tergolong baru, dan banyak digunakan merek-merek mobil untuk mendefinisikan segmen. Menurut Dr. Yannes Martinus Pasaribu, Pengamat Desain Otomotif dari Institut Teknologi Bandung, SUV dan crossover memang identik, tapi jauh berbeda.
Menurut Yannes, kalau dilihat kronologisnya, SUV awalnya dibangun dari platform mobil beban, sehingga menggunakan ladder chassis. Akibatnya bodi jadi tinggi, dan otomatis ban juga lebih besar untuk mengejar proporsi maskulinnya.
Baca: Siap-siap Kedatangan SUV Terbaru Nissan
Sedangkan crossover lebih berfokus pada struktur bodi monokok, tapi berpenampilan layaknya SUV atau kendaraan off-road. Entah dari aksesori pada atap, atau ground clearance yang dibuat sedikit lebih tinggi.
”Namun sekarang keduanya sudah melting (melebur), karena istilah tersebut seringkali dimodifikasi oleh tim pemasaran produsen dan penjualnya untuk memberikan citra kebaruan pada barang jualannya,” kata Martinus kepada KompasOtomotif, (4/10/2017).
Dia pun memberi contoh BMW yang lebih suka pakai istilah crossover dan sports activity vehicle untuk seri X1 dan X2 yang lebih manis bentuknya. Sedangkan yang lebih maskulin, mereka pakai istilah SUV, misalnya BMW X3, X4, dan X5.
Cara Membedakan
Masalahnya, banyak orang awam yang belum paham benar bedanya SUV dan crossover. Martinus secara sederhana memberi garis besar, bahwa dari awal memang ada dua pendapat, yakni yang menyatakan crossover adalah versi kecil atau mini dari SUV, dan kubu yang membedakannya dari sasis.
”Tapi, orang awam dapat melihatnya dari dimensi mobil. Mini SUV cenderung dinamai crossover. Contoh Ford Everest disebut SUV, sedangkan Ecosport disebut crossover. BMW X5 disebut SUV, sedangkan BMW X1 disebut crossover,” kata Martinus.
Tapi dari semua perbedaan, tetap ada satu kesamaan dasar, yakni kategori ”minibus” pada penulisan di STNK. ”Very funny, dan hanya di Indonesia,” ujar Martinus.
https://otomotif.kompas.com/read/2017/10/04/130100115/sudah-paham-beda-suv-dan-crossover-