Tokyo, KompasOtomotif – Produsen mobil terbesar kedua di Jepang resmi merelakan hilangnya sosok arsitek yang berperan membangkitkan Nissan, Charlos Ghosn, dari posisinya sebagai Chief Executive Officer (CEO), di mana peralihan jabatan secara resmi akan berlaku pada 1 April 2017.
Mengutip Nikkei, Jumat (24/2/2017), Nissan saat ini sudah jauh lebih baik dibanding ketika pertama kali Ghosn masuk, 18 tahun lalu. Saat ini, beban dan tantangan baru Nissan bakal dilimpahkan pada suksesornya, Hiroto Saikawa, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil CEO Nissan.
Tantangan terdekat Saikawa adalah mengurangi ketergantungan pada negara-negara Amerika dan China, dan mengemudikan bisnisnya dengan sangat baik di pasar negara berkembang.
Dari 3.990.000 kendaraan Nissan yang dijual sepanjang sembilan bulan di tahun fiskal 2016 (April-Desember), sekitar 60 persen diserap pasar Amerika dan China. Nissan juga berupaya mendorong merek Datsun untuk membantu meningkatkan pangsa pasar di wilayah seperti Asia Tenggara, tapi terus tertinggal oleh pesaingnya.
Rencana manajemen Nissan menutup tahun fiskal 2016 (yang berakhir pada Maret 2017) sangat ambisius, di mana menargetkan peningkatan pangsa pasar dan laba operasi mencapai 8 persen. Padahal kenyataannya, dalam sembilan bulan (April-Desember 2016), pangsa pasar global hanya 5,9 persen.
Baca juga : Carlos Ghosn Mundur Jadi Bos Nissan
Bangun Pasar Baru
Ini merupakan saat-saat genting bagi bisnis Nissan di Amerika. Presiden Donald Trump berjanji untuk menegosiasikan kembali Perjanjian North American Free Trade Agreement (NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada. Salah satu agendanya adalah perubahan besaran pajak perbatasan, di mana bakal meringankan beban eksportir dan mencekik importir.
Tentunya ini adalah pukulan keras bagi mobil merek Jepang, yang memproduksi sekitar 25 persen mobil yang dijual di Amerika, di Meksiko. Nissan yang bisa dikatakan akan paling sengsara dengan aturan ini karena hanya memiliki fasilitas di Meksiko.
Menjadi tidak begitu bergantung pada pasar Amerika, akan membutuhkan budidaya baru bisnisnya di pasar negara berkembang, dan akan menjadi tugas Mitsubishi Motors, yang kini saham mayoritasnya digenggam Nissan (34 persen), dan ini bisa menjadi mitra yang sangat berharga.
Mitsubishi memiliki pabrik dan nama merek yang kuat di negara-negara seperti Indonesia dan Filipina, di mana Nissan berjuang mati-matian untuk membangun pangsa pasar.
Nissan dan Renault juga bekerja sama untuk menggiring produsen mobil terbesar Rusia Avtovaz kembali ke performa bisnisnya, di tengah kondisi perekonomian yang lesu berat, dan berimbas pada penjualan kendaraan di negara itu. Pasangan ini (Nissan dan Renault) memiliki saham mayoritas di Avtovaz.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.