Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan "Jatuh-Bangun" Volvo bersama Indomobil

Kompas.com - 06/02/2017, 15:42 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Memang bukan keputusan yang mudah diambil ketika akhirnya Indomobil Group harus bercerai dari merek mobil penumpang asal Swedia, Volvo. Namun, pesimistisnya proyeksi untuk bisa bertahan pada masa depan terpaksa membuatnya harus menyerah.

Volvo bersama Indomobil bukan hanya satu dua tahun, tetapi sudah menyentuh usia 35 tahun dan tidak sedikit cerita yang sudah terbingkai. Walaupun memang tidak semua kisah yang pernah dijalani, terasa manis.

“Sebelum diurusi oleh Indomobil, Volvo sebelumnya sudah dipasarkan di Indonesia oleh saudara dari Grup Salim sejak 1974. Baru setelah Indomobil diakuisisi Salim Group 1982, dan saya tetap menjadi presiden direkturnya, kebagian untuk memegang tanggung jawab Volvo,” ujar Subronto Laras, Presiden Komisaris PT Indomobil Sukses International, kepada KompasOtomotif, Minggu (5/2/2017).

Subronto mengatakan, menggendong Volvo di pundak bukan perkara mudah saat itu. Terlebih lagi ketika pemerintah memberlakukan aturan baru, terkait dengan penghentian impor mobil dengan stasus completely built up (CBU).

“Saudara Grup Salim kala itu terpaksa harus membangun pabrik perakitan Volvo, ISMAC (Indonesia Swedish Manufacturing Company) di Ancol, karena pada saat itu pemerintah melarang masuk mobil CBU, jadi mau tidak mau harus produksi. Saat saya pegang, saya juga bertekad membangkitkan Volvo, tapi terkendala pabrik tersebut yang sudah tidak layak pakai, karena permukaan air lautnya yang naik,” ujar Subronto.

Tidak menyerah sampai di situ, Subronto kemudian merenovasi besar-besaran pabrik ISMAC di Ancol, dan menaikkan bangunannya menjadi lebih tinggi agar tidak terendam. Pada zaman itu, Volvo juga tergolong bukan merek mobil murah, dan harus bersaing ketat dengan warga Eropa lainnya yang mencoba peruntungan di Indonesia, seperti Mercy dan BMW.

Digencet duo Jerman

Kenangan Subronto bersama Volvo kembali berlanjut, meski sediki demi sedikit harus meraba-raba memori yang puluhan tahun sudah terpendam. Beberapa tahun berselang, kata Subronto, akhirnya pemerintah mencabut aturan penghentian produk CBU karena mendapat teguran terkait perdagangan dunia.

“Perdagangan dunia mengatakan kalau aturan terkait dengan mobil penumpang harus sama. Jadi impor kembali diperbolehkan akhirnya,” ujar pria yang sudah dianggap sebagai Bapak Otomotif Indonesia ini.

Kondisi ini kemudian terus berlanjut dan berlanjut, tetapi lagi-lagi, ketika Volvo akan bangkit, Indomobil mengalami masalah, terutama terkait persaingan dengan dua merek mobil mewah asal Jerman, Mercedes Benz dan BMW.

“Setelah diperbolehkan, Volvo akhirnya diimpor langsung dari Eropa, tapi ada peraturan baru muncul untuk negara ASEAN, di mana aturannya bermuara ada pada biaya bea masuk yang berbeda (lebih murah), dibanding dengan negara di luar itu. Kami akhirnya kewalahan juga, pasalnya BMW dan Mercy memiliki pabrik di Thailand, jadi mereka sudah bisa impor dari sana (harga murah),” tutur Subronto.

Mulai putus asa

Di tengah gempuran kuat tersebut, pabrik perakitan Volvo di Ancol ISMAC akhirnya kembali bermasalah dan tidak layak pakai untuk Volvo. Subronto akhirnya mengusahakan agar bisa digunakan merek lain, yang akhirnya masuklah Nissan, yang kemudian menggunakan fasilitas di sana pada 1989-1990.

Berbagai masalah yang dialami tersebut sampai pada puncaknya ketika terjadi goncangan dahsyat dalam negeri pada 1998. Membuat upaya Indomobil untuk menghidupkan kembali Volvo sejak saat itu, mulai lumpuh dan benih putus asa mulai tumbuh.

“Semua investasi dana itu akhirnya berantakan setelah kerusuhan 1998. Iya, jadi terakhir saat itu, ya pokoknya habis itu kami tidak mungkin lagi memproduksi, dan jika kami harus mengimpor, sangat berat, pasalnya bea masuknya juga beda, dari ASEAN dan dari Eropa. Sementara perakitan lokal sudah tidak mungkin lagi, kami juga kecewa dengan keadaan saat itu, tapi mau bilang apa lagi,” ucap Subronto.

Melihat Volvo yang semakin kesulitan, Indomobil kemudian coba mendiversifikasi bisnis jualan mobilnya dengan mendatangkan merek Volkswagen dan Audi. Kemudian, setelah bertahan cukup lama mempertahankan Volvo, Indomobil akhirnya menyerah, dan melepas kepergian Volvo untuk Indonesia ke tangan Garansindo Group.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com