Jakarta, KompasOtomotif – Anjloknya penjualan kendaraan roda empat di ASEAN, khususnya di Malaysia dan Indonesia, karena melemahnya nilai tukar mata uang regional terhadap asing (forex). Hal ini membuat tagihan biaya impor melonjak.
Mohit Arora, Vice President, JD Power Asia Pacific, mengatakan, ini yang akan langsung dirasakan oleh para produsen atau Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang mengimpor mobil, komponen dan suku cadang. Beban terberat akan mempengaruhi biaya keseluruhan produksi nantinya.
“Kondisi ini jadi pembicaraan panas di Indonesia dan Malaysia. Fluktuasi atau naik turunnya nilai tukar mata uang (forex) cukup menyakitkan dan berat. Ini akan jadi tantangan sendiri bagi para produsen untuk mengambil langkah-langkah, agar bisa memperkecil dampak dari permasalahan forex ini,” tutur Mohit Arora, dalam siaran resmi yang diterima KompasOtomotif, Senin (9/5/2016).
Mohit melanjutkan, seperti di Indonesia, melemahnya mata uang rupiah, kemungkinan jadi penyebab hengkangnya Ford Motor Indonesia, keluar dari pasar tanah air. Berdagang di Indonesia, hanya mengandalkan mobil dengan completely built up (CBU), tentu akan sulit untuk mengimbangi harga produk Jepang yang diproduksi lokal dan mendominasi pasar, apalagi dengan ketidakpastian bisnis otmotif di Indonesia.
“Oleh karena itu, Ford coba memanfaatkan ASEAN Economic Community, di mana mereka bisa memanfaatkan pabriknya di Thailand, sehingga harga mobil yang datang ke Indonesia, punya harga yang kompetitif,” ujar Mohit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.