Jakarta, KompasOtomotif – Esensi utama perbaikan sistem audio pada mobil seharusnya memenuhi selera telinga bukan mata. Meski begitu memahami cara memuaskan kedua indera itu tidak jauh berbeda, prinsip dasarnya sama, yang lain hanya cara menyajikan atau menikmati.
CEO PT Audioworkshop Wahyu Tanuwidjaja menjabarkan ada cara mudah memahami audio lewat ilmu merekam gambar alias fotografi. Pembuat sistem audio mobil diibaratkan seperti fotografer.
Wahyu mengatakan setiap fotografer punya karakter berbeda dalam pengambilan gambar, ada yang suka warna merah, biru, atau kuning. Hal ini yang memengaruhi karakteristik audio mobil.
“Itu sama saja seperti suara. Ada yang suka bass, mid-bass, atau suara tinggi kenceng. Boleh saja tapi yang penting tidak boleh distorsi,” jelas Wahyu belum lama ini.
Apa yang terjadi pada foto juga disamakan seperti audio. Gambar bisa menjadi blur saat tidak punya titik fokus, artinya komposisi lensa dan objek bisa jadi tidak presisi. “Suara harus presisi kalau tidak mau blur, artikulasinya kedengaran satu-satu. Frekuensinya harus lengkap seperti RGB (Red, Green, Blue) di fotografi juga harus ada,” paparnya.
Rata-rata konsumen, tambah Wahyu, kecenderungannya hanya lebih suka mendengarkan dentuman bass dan treble. Tapi sebaiknya saat merangkai sistem audio sesuai selera, elemen bass, mid-bass, dan treble harus tetap ada. Bisa saja kadarnya dikurangi tapi jangan sampai hilang.
“Komposisinya terserah, kalau yang benar kan rata, tapi kadang-kadang suka yang beda. Kalau satu hilang bisa kaya (audio) angkot suaranya,” timpal Wahyu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.