Chicago, KompasOtomotif - Seorang pengacara Keith Hunt dari Lembaga Hukum Hunt & Associates mengajukan tuntutan terhadap Ford Motor Company atas tuduhan pelecehan seksual terjadap pekerjanya.
HUnt mewakili empat korban dan kemungkinan ratusan korban lainnya yang mengalami tindakan tidak menyenangkan tersebut di pabrik Chicago, Amerika Serikat. Tuntutan didaftarkan di Pengadilan Distrik AS di Chicago, Senin (3/11/2014), yang menuding Ford melakukan pelecehan seksual, diskriminasi, dan pembalasan dari pihak manajemen perusahaan.
Dalam tuntutan itu, menuduh ada pola yang sama menyangkut pelecehan seksual dan diskriminasi di pabrik Chicago yang sudah terjadi dalam dua dekade terakhir. Pengacara ini juga berusaha mencari status agar tuntutannya berubah tinggatan jadi tuntutan massal atau class action.
Korban
Empat korban yang diwakili pengacara, adalah Christie Van, 41, Charmella LeViege, 58, Maria Price, 29, dan Helen Allen, 50. Dalam gugatannya, mereka menyatakan kerap mengalami pengalaman cabul, seperti komentar merendahkan berbau gender dan rasis.
Mereka juga mengaku pernah mengalami kontak fisik yang tidak pantas, seperti diraba-raba, membelai, sampai permintaan hubungan intim. Pelecehan juga terjadi dengan banyaknya gambar grafiti eksplisit yang menghina secara seksual, gambar porno, di tempat umum dan taman.
Keith Hunt menjelaskan, seluruh korban mendapat tekanan selama bekerja dan diancam jika mereka melapor. "Ini tidak seperti bekerja, lebih cocok seperti pasar daging," jelas salah satu pelapor LeViege.
"Menjadi mimpi buruk. Saya diminta untuk tetap diam atau saya akan berada di luar (perusahaan)," lanjut Van.
Tahun lalu, setelah pernah melaporkan tindak pelecehan seksual, Van mengaku pernah diserang ketika hendak pulang dari kerja. Dia mengaku mendapat dorongan sampai jatuh ke tanah, diinjak, dikatakan 'orang hitam jalang pengadu', dan diancam supaya tidak kembali bekerja di Ford. Para pelaku bahkan mengancam mengetahui tempat tinggal Van dan berniat membunuhnya jika kembali bekerja.
Van, sudah bekerja di Ford sejak 2006, akhirnya berhenti mulai Februari 2013. Kini Van bekerja di fasilitas Ford lain di Chicago Heights.
Allen, korban lain yang bekerja sebagai perawat pipa, mengatakan ketika ia melaporkan pengalaman buruknya ke pihak serikat pekerja, mereka menganggapnya sebagai orang yang banyak omongan. Allen mulai bekerja di Ford sejak tahun 2000 dan pernah pindah-pindah ke tiga pabrik Ford di luar Illinois. Menurut Allen, pabrik perakitan di Chicago memang berbeda dan punya budaya sendiri dari lokasi lainnya.
"Saya harus bekerja lagi besok. Sangat menakutkan, saya sangat ketakutan," jelas Allen.
Price, korban terakhir yang ikut melapor mengaku "diraba, merasa dihina dari semua sisi. (Hinaan) ini datang dari semua sudut," jelas Price.
Budaya Buruk
Dari keempat nama yang mengajukan tuntutan pelecehan seksual, salah satu di antaranya masih bekerja di pabrik Chicago. Hunt memprediksi ada sekitar 1.000 pekerja wanita di pabrik dari total 4.000 orang karyawan.
Beberapa kejadian pelecehan yang dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir di lokasi yang sama juga dibeberkan di kertas tuntutan dengan penguat dari Komisi Persamaan Hak dan Kesempatan Amerika Serikat.
"Ada budaya yang epidemi di pabrik ini yang membiarkan dan membenarkan pelecehan seksual ini dan gugatan ini coba menyelesaikannya," jelas Hunt. Tuntutan ini juga menyebutkan keterlibatan para manajer dan penyelia ketika jam kerja masih berlangsung.
Juru bicara Ford, Kristina Adamski, menolak untuk berkomentar lebih spesifik menyangkut tuntutan hukum yang tengah terjadi. "Ford bangga menjadi perusahaan yang menerapkan persamaan hak dan perlakuan pada karyasan dan sangat serius jika ada laporan menyangkut tindak pelecehan dan diskriminasi. Ketika ada dugaan penyimpangan terjadi, kebijakan kami untuk menyelidiki secara menyeluruh dan mengambil langkah yang tepat. Kami tidak bisa membahas rincian mengenai keluhan setiap individu karyawan," jelas Adamski dalam surat elektroniknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.