Jakarta, KompasOtomotif - Menyambut berlakunya Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) yang bergulir mulai 2015, Indonesia wajib menyiapkan diri, salah satunya di sektor industri otomotif. Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian mengatakan, Indonesia butuh model baru yang disiapkan jadi model andalan produksi dalam negeri.
Menurut Budi, kekuatan industri otomotif di negara anggota ASEAN hanya ada di Thailand dan Indonesia. Negara lain, seperti Malaysia pasarnya sudah mulai jenuh, sementara Kamboja, Myanmar, dan Vietnam masih tertinggal jauh dari kondisi industri di Indonesia dan Thailand. Artinya, Indonesia punya kesempatan untuk bisa mengisi kebutuhan pasar di ASEAN, sebelum dipenuhi model-model dari regional lain.
"Saat ini Indonesia punya keunggulan, karena model-model yang diproduksi di dalam negeri didesain khusus untuk negara-negara berkembang. Situasi ini ideal dengan kondisi Myanmar, Vietnam, Kamboja, atau Laos," beber Budi di sela Indonesia International Automotive Conference (IAACI) di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (25/9/2014).
Karakter
Salah satu karakteristik mobil yang dirakit di Indonesia, punya ground clearance tinggi, dengan kapasitas daya angkut orang banyak, sampai 7-orang. Karakteristik mobil seperti ini lebih ideal untuk kebutuhan negara berkembang, ketimbang model lain. Truk ringan juga menjadi salah satu unggulan Indonesia.
"Buktinya, sudah 90 persen produk kendaraan komersial yang ada di Indonesia ini buatan dalam negeri bukan impor," lanjut Budi.
Sedan
Karena sudah punya kelebihan menjadi basis produksi kendaraan jenis MPV dan truk ringan, Indonesia masih butuh menyiapkan model lain, yakni sedan kecil. Langkah Toyota mengembalikan produksi Vios ke Karawang dari Thailand menjadi bukti awal. Tetapi, untuk memicu lebih banyak merek lain merakit sedan kecil, dibutuhkan insentif dari pemerintah.
"Sebelumnya kami punya pengalaman, setelah membebaskan pajak penambahan nilai atas barang mewah (PPNBM) kendaraan komersil menjadi nol persen, semua merek mulai merakit secara lokal. Ini juga yang perlu dilakukan terhadap sedan," lanjut Budi.
Yongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menambahkan, komitmen pemerintah Indonesia untuk mendorong basis produksi sedan kecil masih sekedar rencana. Pasalnya, sedan kecil saat ini masih dibebani PPNBM yang besar, hingga 30 persen.
"Tinggal bagaimana pemerintahnya mau seperti apa. Jika PPnBM bisa dikurangi atau dihapus, pasar sedan di domestik akan naik, otomatis akan mendorong ekspor juga. Sedan lebih menguntungkan diproduksi karena punya potensi pasar ekspor yang lebih baik di lingkup internasional," beber Yongkie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.