Bogor, KompasOtomotif - Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi (BBM) termasuk solar membuat pebisnis otomotif khususnya kendaraan niaga khawatir. Pasalnya, keputusan ini dipastikan akan menggangu kinerja beberapa perusahaan karena harus menghitung ulang pengeluaran operasional mereka.
Rizwan Alamsyah, DIrektur Pemasaran Eksekutif PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku produsen mobil niaga terbesar di Indonesia memastikan, akan ada gangguan jika pemerintah memutuskan kenaikan BBM subsidi, khususnya solar. Namun besarnya dampak yang dihasilkan dari kebijakkan itu sangat tergantung dari besaran kenaikan.
"Kalau kenaikan harga solar hanya sekitar 20 persen, sepertinya pasar tidak akan tergganggu banyak, tapi kalau lebih dari itu lain lagi ceritanya," jelas Rizwan di Bogor, Rabu (3/9/2014). Menurutnya, penyesuaian pengusaha atas harga solar baru tentu pasti terjadi, tapi tidak akan berlangsung lama.
Dampak kenaikan solar, jelas Rizwan, paling dirasakan industri otomotif terjadi pada 2005, ketika kenaikan mencapai 100 persen. "Waktu itu, pasar anjlok sampai enam bulan, jadi sangat tergantung dari berapa keputusan pemerintah menaikkan solar," tukas Rizwan.
Kenaikan BBM bersubsidi menjadi opsi satu-satunya bagi pemerintah untuk menyelamatkan anggaran belanja pemerintah dari defisit. Saat ini, Presiden terpilih Joko Widodo tengah melobi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menaikkan harga BBM subsidi sebelum masa pelantikan pimpinan negara baru dilakukan Oktober 2014. Tapi, upaya lobi Jokowi ini ditolak SBY sehingga kenaikkan BBM subsidi akan menjadi tanggungan pemerintahan baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.