Jakarta, KompasOtomotif — James dan Anna Markoja memilih jalan lain untuk mencari kedamaian setelah menikah. Ketika banyak orang berbulan madu dengan travelling naik pesawat atau kendaraan lain, mereka justru lebih suka berpetualang naik sepeda motor. Berangkat dari London, Inggris, tujuan akhirnya membangun kehidupan di tempat yang baru, yaitu Australia.
Pekerjaan di bidang bank pun mereka tinggalkan. Tak lama setelah menikah, rencana perjalanan dibangun dengan mengumpulkan perbekalan. Mulai membeli sepeda motor Honda Transalp 700 cc bekas, menyiapkan dana, hingga persiapan fisik. Perjalanan pun dimulai 10 bulan lalu, melewati 23 negara, dan kini menginjak Indonesia.
Dalam konferensi pers di Motoritz, Jalan Mahakam, Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (21/3/2014), Anna mengatakan bahwa dirinya dan suami tak mau lagi terjebak dalam kotak rutinitas yang cukup menyiksa. ”Kami merasa terbatasi dengan ruang gerak yang sempit dan kami ingin melakukan sesuatu yang berbeda dalam kehidupan ini,” ujarnya.
Tidak ada yang dicari selain pengalaman baru. Itulah kenapa, mereka meninggalkan kehidupan yang sudah indah dan tertata di London. Di bayangan mereka, dunia adalah tempat yang memungkinkan mereka menemukan hal-hal di luar dugaan dan belum pernah tebersit di pikiran.
Honda
Lalu, mengapa memilih Honda? Padahal banyak biker berpetualang dengan BMW, KTM, atau merek-merek Eropa lain yang terkenal dengan model adventure. Soal ini, James beralasan simpel bahwa merek tersebut sudah familiar dengannya. Paling penting, merek Jepang ini lebih tersebar di berbagai benua dan dirasa tidak sulit untuk mencari bantuan ketika muncul kendala.
”Terus terang, saya sudah melakukan riset sebelumnya. Lagi pula, saya punya banyak teman yang punya Honda di sana (London) dan merekomendasikan sepeda motor ini untuk digunakan berpetualang. Saya berpikir kalau performa dan kekuatannya sama saja. Tentu, alasan utama karena lebih murah,” tekan James.
Pria asli Selandia Baru berusia 28 tahun itu pun bercerita, Transalp dibelinya dari seorang teman. Saat dibeli, catatan tempuhnya sudah lebih dari 12.000 km. Hingga mencapai Indonesia, jarak yang sudah ditempuh di odometer tercatat lebih dari 58.000 km. Tidak ada kendala selama menggunakannya, bahkan ketika dipaksa diisi bensin beroktan 80 di Mongolia.
GIVI
Beberapa komponen sempat diganti selama perjalanan, seperti rantai dan sproket (diganti di Bangkok), busi, kampas rem, filter udara, hingga ban. Selebihnya masih standar dan tidak ada modifikasi khusus, kecuali tempat penyimpanan yang semua didukung oleh GIVI.
Soal merek apparel dari Italia ini, Anna menceritakan banyak ceritanya. Boks yang biasa dipakai menyimpan barang bisa dijadikan benda apa pun, misalnya mencuci baju (dijadikan baskom), meletakkan makanan, hingga menjadi meja yang sesekali diperlukan.
Pengalaman
”Tidak ada misi spesial dalam perjalanan. Saya hanya menganggap perjalanan ini seperti liburan karena kami suka jalan-jalan. Namun, kami akan coba mengulas perjalanan, setelah sampai di Australia. Mungkin kami bisa melakukan sesuatu dari apa yang kami temukan selama perjalanan,” kata James.
Berbagai pengalaman susah-senang tak terhitung, mulai diintimidasi ketika masuk Chechnya, menemukan berbagai kondisi jalan berat seperti di Siberia, Rusia, hingga Mongolia, sampai dikawal biker-biker Jawa ketika riding di Sumatera.
”Tipsnya satu, berusaha enjoy jika menemukan masalah. Misalnya ketika ada tentara bersenjata menginterogasi di Chechnya, saya berusaha ceria dan malah meminta foto. Kami terbiasa independen, tidak tahu makan apa besok, tidak ada ponsel, tidak ada jam tangan dan perhiasan. Ini yang membuat orang merasa berada di level yang sama,” pesan Anna.
Hidup baru
Selama perjalanan, Anna mengaku sudah menghabiskan uang yang ditabungnya lebih dari 20.000 poundsterling atau setara Rp 376 juta. Dari jumlah itu, 12.000 pound (Rp 225 jutaan) di antaranya dipakai untuk memenuhi kebutuhan selama perjalanan. Sisanya untuk keperluan sepeda motor, biaya perizinan, termasuk pengurusan visa.
Setelah ini, mereka berdua akan melanjutkan perjalanan menyusuri Pulau Jawa, mampir di Bromo, menyeberang ke Bali, lalu Sumbawa, masuk Timor Leste dan menyeberang ke Australia. Diperkirakan butuh dua minggu untuk finis, atau maksimal mengejar ulang tahun ibu James.
”Kami akan memulai hidup baru di Australia. Mencari pekerjaan, rumah, mempunyai anak, dan ingin pensiun di sini. Kami ingin di usia 40 nanti kehidupan kami sudah tenang dan bisa menceritakan pengalaman perjalanan kami ke anak dan cucu,” tutup Anna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.