JAKARTA, KOMPAS.com - Pengemudi mobil kerap mengekor atau berada di belakang bus di jalan tol untuk menghemat bensin. Alasannya bus akan membelah udara yang membuat laju mobil lebih mudah.
Teknik seperti ini biasa disebut slipstream, jamak digunakan oleh para pebalap baik balap mobil dan balap motor termasuk MotoGP.
Baca juga: Sisi Negatif Crumple Zone, Pemilik Mobil Keluar Banyak Uang Kalau Tabrakan
Secara sederhana slipstream adalah teknik yang digunakan pebalap dengan memanfaatkan posisi pebalap lain tepat berada di depan.
Pebalap yang berada di depan akan menemui hambatan angin yang lebih besar dibanding pebalap yang berada di belakang. Kemudian pada saat yang tepat menyalip pebalap di depannya.
Slipstream akan efektif saat pebalap berada dalam jarak yang dekat. Dengan begitu, pebalap yang berada di belakang akan diuntungkan karena tidak merasakan gesekan udara yang dapat menghambat laju motor.
Itu sebabnya, saat di trek lurus, para pebalap berbaris untuk melakukan teknik tersebut.
Baca juga: Cara Aman Mengerem Skutik Biar Tidak Blong di Turunan
Kendati demikian, ada beda antara mengekor bus dengan teknik slipstream di jalan tol. Mengekor bus tujuannya agar mendapat ruang kosong dari terpaan nagin, bukan untuk mendahului bus.
Training Director Safety Defensive Consultant, Sony Susmana, mengungkapkan, kebiasaan ini tidak boleh dilakukan, dan tidak hanya di tol tapi juga pada jalan biasa.
“Slipstream itu teknik balap, buat apa dilakukan di jalan tol biasa. Baiknya kalau memang mau menghemat bahan bakar tentu melakukan teknologi eco-driving,” ujar Sony belum lama ini kepada Kompas.com.
Baca juga: Sinyal Seres 9 Meluncur di GIIAS 2024
Sony mengungkapkan, teknik slipstream bisa diganti dengan teknik berkendara sesuai aturan di jalan tol yakni kecepatan maksimal menyesuaikan rambu. Selain itu juga putaran mesin konstan dan tidak banyak melakukan manuver.
Teknik slipstream berbahaya dilakukan mengingat jarak antar kendaraan cukup dekat. Ini dapat menimbulkan potensi kecelakaan beruntun akibat kurangnya ruang yang bereaksi.
“Teorinya kan misal keceptan 80 km per jam (kpj), jaraknya 80 meter. Bisa juga dengan teori tiga detik antar kendaraan. Itu yang justru dapat menghemat bahan bakar juga aman dilakukan,” tutur Sony.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.