JAKARTA, KOMPAS.com – Layanan bus berbasis Buy the Service (BTS) adalah sistem pembelian layanan angkutan jalan oleh Pemerintah kepada pihak operator angkutan umum untuk mendapatkan layanan angkutan jalan yang baik.
Seperti diketahui, skema pembelian layanan (buy the service) sejak tahun 2020 telah diluncurkan oleh Ditjenhubdat Kemenhub lewat Program Teman (Transportasi Ekonomis, Mudah, Andal dan Nyaman) Bus.
Lalu, oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek dengan Program BisKita (Bus Inovatif Solusi Transportasi Perkotaan Terintegrasi dan Anda).
Baca juga: Harga Toyota Innova Bekas, Mobil yang Banyak Dicari
“Program ini menjadi stimulus pengembangan angkutan umum perkotaan dengan jangka waktu yang ditentukan, dengan tujuan untuk meningkatkan minat penggunaan angkutan umum, dan kemudahan bermobilitas di masyarakat,” ujar Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, dalam keterangan tertulis, Minggu (21/1/2024).
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat ini juga mengatakan, skema BTS menjadi cara penyediaan angkutan yang berkualitas dan terkendali.
Sekaligus mampu memberikan layanan yang tanggap terhadap permintaan yang umumnya cukup beragam di suatu kota.
Baca juga: Toyota Calya Sukses Lewati Tanjakan Terjal dengan Cara Jalan Mundur
Djoko menilai, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan okupansi bus BTS. Salah satunya dengan intervensi pemerintah untuk meremajakan kembali atau rejuvinate dan mengembalikan daya saing angkutan perkotaan.
“Untuk meningkatkan jumlah penumpang angkutan umum, di daerah dapat dilakukan mendorong kebijakan push and pull yang lebih progresif dan variatif oleh pemerintah daerah,” ucap Djoko.
Selain itu dapat membangun kompetensi kolaboratif pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk dengan beberapa pihak berkepentingan (stakeholder).
Baca juga: Komparasi BYD Seal dan Hyundai Ioniq 6, Mana yang Lebih Unggul?
“Perlu pula disusun langkah-langkah cerdas untuk mendorong masyarakat agar meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan ke angkutan umum,” kata Djoko.
Di samping itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat merencanakan lima kota, yakni Medan, Pekanbaru, Bandung, Semarang dan Makassar memiliki jalur khusus (dedicated lane) dengan layanan bus rapid transit (BRT).
Sebagai informasi, Program Teman Bus sudah ada di 10 kota, yaitu Medan (Trans Metro Deli), Palembang (Trans Musi Jaya), Bandung (Trans Metro Pasundan), Surakarta (Batik Solo Trans), Purwokerto (Trans Banyumas), dan Yogyakarta (Trans Jogja).
Baca juga: Apakah Benar Oli Mesin yang Kental Lebih Tahan Terhadap Panas?
Lalu di Denpasar (Trans Metro Dewata), Banjarmasin (Trans Banjarbakula), Surabaya (Trans Semanggi Surabaya) dan Makassar (Trans Mamminasata). Sedangkan Program BisKita ada di Kota Bogor (Trans Pakuan).
“Ke depan, program ini dapat diberikan ke pemda lebih selektif dan pemda juga harus bersungguh-sungguh akan turut membenahi angkutan umum di daerahnya,” ujar Djoko.
“Jangka panjang diperlukan lembaga pembiayaan angkutan umum atau PSO Angkutan Umum, seperti sudah ada PSO Perkeretaapian,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.