JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Korlantas Polri Kombes Eddy Djunaedi menyebutkan, rencana rekayasa lalu lintas yang akan diberlakukan saat libur Natal dan tahun baru (Nataru) 2023/2024 sudah berdasarkan kajian.
Artinya, penerapan rekayasa lalu lintas nanti bukan hanya berdasarkan kegiatan atau pengalaman sebelumnya. Sehingga, secara optimal akan memastikan keamanan dan kenyamanan jalan.
Demikian disampailkan Eddy dalam konferensi pers persiapan Nataru 2023/2024 yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Skema Pengaturan Jalan Nataru dan Kesiapan Jalan Alternatif dan Tol yang berlangsung secara daring, Jumat (15/12/2023).
Baca juga: Ini 3 Rahasia Kenyamanan Bus Scania Milik PO Rosalia Indah
"Kami akan melakukan perhitungan terkait Volume Capacity Ratio (VCR), yakni metode untuk membandingkan antara volume kendaraan dengan kapasitas jalan," katanya.
Dengan perhitungan ini, akan menjadi panduan bagi petugas lalu lintas untuk memberlakukan skema-skema rekayasa lalu lintas, apakah sistem buka tutup, sistem satu arah, atau contra flow satu jalur, dua jalur, atau tiga jalur.
"Bagaimana kami menghitung dengan volume capacity ratio kami koordinasi dengan operator yang ada di jalan tol, alatnya traffic counting-nya juga sudah tersebar di penggalan-penggalan jalan tol sehingga kami bisa menghitung volume capacity ratio yang ada di penggalan-penggalan jalan tersebut," ujar Eddy.
Di samping itu, indikator lain yang digunakan petugas lalu lintas untuk menerapkan rekayasa lalu lintas saat mudik Nataru ialah melalui pemantauan CCTV yang terkoneksi.
"Berikutnya kami melihat dari CCTV yang ada, pos terpadu kami nanti ada di Km 29. Nanti di sana kami bisa melihat semuanya CCTV yang tergelar, baik yang ada di jalur tol maupun non-tol, termasuk juga yang ada di pelabuhan, bisa kami pantau secara langsung." ujarnya.
Baca juga: Jajal Mitsubishi XForce dari Semarang sampai Yogyakarta
"Selain CCTV dan VCR, indikator lain yang digunakan petugas untuk menerapkan rekayasa lalu lintas adalah pemantauan langsung," kata Eddy.
Dari ketiga parameter itulah, Polri nanti menentukan rekayasa apa yang harus dilakukan, apakah buka tutup, contraflow satu lajur, dua lajur, atau tiga lajur, sampai dengan nanti melakukan one way.
Adapun hitungan VCR digunakan bila menunjukkan angka 9 maka perlu dilakukan rekayasa lalu lintas.
"Mudah-mudahan VCR tidak sampai di angka 9, mudah-mudahan bisa terkendali di angka 6 atau 7, sehingga pergerakan arus kendaraan bisa terkendali," kata Eddy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.