JAKARTA, KOMPAS.com – Pertamina siap meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) terbaru, yaitu campuran Pertamax dengan nabati etanol (Bioetanol) yang siap diluncurkan pada Juni 2023.
Rencananya, BBM bioetanol bakal diposisikan lebih tinggi daripada Pertamax dan diperuntukkan bagi kendaraan bermotor.
Namun mengenai rincian jenis BBM tersebut, pihak Pertamina belum bisa memberikan informasi lebih rinci.
Baca juga: Alasan Bengkel Ketok Magic Selalu Tertutup dan Pelanggan Tidak Boleh Melihat
“Ini masih berjalan. Rencana saat kita mau launching tentu kita akan sampaikan (spesifikasi bioetanol),” ucap Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, belum lama ini.
Menanggapi hal ini, pabrikan otomotif asal Jepang, Suzuki, mengaku belum mengetahui mengenai BBM jenis baru ini.
“Bahan bakar ini baru kami dengar akan diluncurkan oleh Pertamina,” ujar Hariadi, Assistant to Service Department Head PT Suzuki Indomobil Sales, kepada Kompas.com (9/6/2023).
Baca juga: Terios Facelift Meluncur, Apa Kabar Toyota Rush?
“Secara teori mungkin tidak masalah di semua produk suzuki, tapi secara khusus kami belum pernah uji coba bahan bakar baru ini jadi belum tahu efeknya bagaimana,” kata dia.
Untuk diketahui, bioetanol merupakan salah satu bahan bakar nabati yang terbuat dari tumbuhan melalui proses fermentasi.
Sebelumnya, pemerintah sudah mengedarkan Biodiesel 35 persen (B35). Biodiesel merupakan campuran bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME).
Baca juga: Biaya dan Syarat Lengkap Balik Nama Kendaraan Bermotor
Namun, ternyata dibutuhkan penyesuaian pada sektor mesin agar bisa menggunakan bahan bakar tersebut.
Sebab, biodiesel memiliki kandungan detergen yang bisa mengangkat kotoran yang ada di sistem bahan bakar sehingga terkumpul di filter. Hal ini menyebabkan masa pakai filter akan lebih pendek.
Kehadiran bioetanol juga tentu membutuhkan penyesuaian pada sektor mesin agar. Utamanya agar cocok dengan mobil dan motor Suzuki yang diperuntukkan bagi pasar Indonesia.
“Di Biosolar mungkin bisa terjadi (penyesuaian). Cuma di Bioetanol kan kita harus pastikan berapa oktannya. Kemudian bila diperlukan tes bisa saja dilakukan. Dan juga kita perlu konsultasi dengan SMC Japan sebagai perancangnya,” ucap Hariadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.