JAKARTA, KOMPAS.com - Kebiasaan mengisi daya baterai di rumah bagi para pengguna mobil listrik yang berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV), harus mulai dipupuk sedini mungkin supaya kendaraan tetap dalam kondisi optimal.
Sebab, selain memudahkan dalam penggunaan sehari-hari, kebiasaan tersebut bisa membuat komponen baterai yang menguasai 50 persen dari total harga di BEV awet pakai.
Head of Service Planning and Strategy Department Hyundai Motors Indonesia (HMID) Suprayetno menjelaskan, apabila mobil terlalu sering memanfaatkan layanan fast charging, kekuatan baterai bisa menyusut.
Baca juga: 5 Mobil 4x4 Terlaris di Indonesia April 2023
"Hindari penggunaan fast charging terlalu sering. Pemilik sebaiknya utamakan mengisi daya secara normal," kata dia belum lama ini.
"Charging pakai wall charger, arus listriknya tidak terlalu besar, tapi tidak membuat baterai cepat panas dan bisa ditinggal semalaman kalau di rumah," tambah dia.
Memang penggunaan fast charging bisa mengisi daya baterai lebih cepat dan siap dipakai kembali. Tetapi, arus listrik yang besar dalam sumber tersebut memiliki temperatur sangat tinggi.
Alhasil, menurut Suprayetno, baterai akan lebih cepat panas sehingga pada akhirnya memperpendek lithium-ion atau kandungan sel yang berada di dalamnya.
Baca juga: Motor Listrik Niaga di INAPA 2023 Dijual Rp 8 Jutaan
Selain itu, seringnya proses pengisian daya juga meningkatkan siklus baterai yang lebih tinggi. Sehingga, disarankan juga untuk tidak sering melakukan charging.
"Umur dan kemampuan kapasitas baterai menyerap daya listrik terhitung dari jumlah siklus charging. Maka, isilah daya mobil listrik ketika memang dibutuhkan," terang Suprayetno.
Hal serupa juga dikatakan pengamat otomotif dari Institusi Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi. Maka idealnya, pengisian baterai kendaraan listrik ialah di rumah dengan arus listrik normal.
"Idealnya pengisian baterai motor maupun mobil listrik di rumah. Fast charging itu hanya digunakan dalam keadaan mendesak, sekali dua kali boleh lah tetapi jangan dibiasakan," ucap dia.
Menurut Agus, baterai pada prinsipnya memiliki pengukur arus listrik maksimal yang masuk yaitu ampere hours (AH). Biasanya, hitungannya sangat normal sesuai pengisian daya di rumah atau non-fast charging.
Baca juga: Masih Banyak yang Keliru, Ada Aturan Hukum Mendahului Kendaraan
Sementara apabila kendaraan listrik selalu memakai fast charging, maka hitungannya tak tepat karena arus listrik yang masuk berlebih.
"Hitungannya jadi di bawah hours, menitan. Jadi berarti charging-nya dua kali kapasitas, istilahnya dipasa. Otomatis, termal akan naik sehingga keawetannya turun," jelasnya.
Oleh karena itu, terlalu sering menggunakan teknologi fast charging maka kemampuan baterai juga akan menurun sehingga mengganggu fungsi kendaraan listrik sebagai moda transportasi harian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.