JAKARTA, KOMPAS.com - Mengendarai motor memang jadi mode transportasi yang kerap dipilih masyarakat Indonesia. Tidak jarang, motor juga jadi pelarian pengendara saat sedang merasa baper akronim bawa perasaan alias emosi.
Oleh karena itu, kerap ditemui pengendara yang mengebut di jalanan, sampai zig-zag menyalip berbagai kendaraan. Sebenarnya, apa yang dilakukan tersebut sangat berbahaya, tidak ada untungnya.
Anna Surti Ariani, Psikolog Klinis dan Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia wilayah Jakarta mengatakan, sebenarnya ketika emosi sedang meledak-ledak, sedih, atau bahagia memang butuh diekspresikan atau dilepaskan.
Baca juga: Cerita Pengendara Mobil yang Tabrak Klitih di Magelang
"Namun, untuk bisa mengekspresikan emosi dengan baik, pedomannya adalah tidak boleh ada yang tersakiti, baik itu diri sendiri ataupun orang lain atau barang milik orang lain," ucap Anna kepada Kompas.com, Kamis (9/3/2023).
Kalau mengebut di jalan, ada kemungkinan menabrak, apalagi saat emosi sedang meledak-ledak, dia tidak bisa bersikap rasional. Berarti hal ini bisa menyakiti orang lain atau merusak barang orang.
"Jadi ini (mengebut) bukan rekomendasi untuk ekspresikan emosi. Jika ada kegiatan lain, misalnya memukul, lakukan tanpa menyakiti siapapun. Jadi bisa saja memukul bantal sekuat-kuatnya atau sandsack, atau tumpukan pasir, dan sebagainya," kata Anna.
Baca juga: Musim Hujan, Awas Banyak Lubang yang Bisa Mencelakai Pengendara Motor
Menurut Agus Sani, Head of Safety Riding Promotion Wahana, pengendara yang tidak bisa mengendalikan emosinya menyumbang angka kecelakaan yang cukup besar di jalanan.
"Biasanya pengendara dengan rentang usia 14 tahun sampai 39 tahun. Usia tersebut menurut data dari kepolisian menyumbang 64 persen angka kecelakaan di jalan raya, mungkin karena kurang bisa mengontrol emosinya saat berkendara," ucapnya kepada Kompas.com, Selasa (7/3/2023).
Emosi saat berkendara biasanya muncul karena pengendara tidak paham apa tujuan berkendara. Kalau misalnya punya pikiran untuk selamat sampai tujuan, maka emosi dan keinginan untuk mengebut di jalanan jadi hilang.
"Namun jika ia tidak paham tujuan saat berkendara itu apa, maka hanya mementingkan emosi saja," kata Agus.
Untuk mengurangi hal tersebut, perlu banyak edukasi tentang keselamatan berkendara yang disampaikan ke masyarakat. Lebih khusus lagi, edukasi ini harus diberikan ke tingkat pelajar dan mahasiswa.
"Saat edukasi safety riding pasti akan dijelaskan bahaya-bahaya di jalan raya dan potensi bahaya yang dapat terjadi saat berkendara," ucap Agus.
Baca juga: Ketika Merek Jepang Terabaikan Insentif Kendaraan Listrik
Memang, soal diterima atau dipahami ilmunya kembali ke masing-masing orang. Tapi, lewat edukasi setidaknya bisa menambah pemahaman soal artinya keselamatan di jalan.
"Dengan edukasi yang massif setidaknya dapat mengurangi ketidaktahuan pengendara yang bisa berubah menjadi lebih aman," kata Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.