Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Merusak Alam, Pegiat Motor Trail Mesti Evaluasi Diri

Kompas.com - 09/03/2023, 06:42 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Acara motor trail yang digelar di Kampung Cai Ranca Upas, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/3/2023), jadi sorotan karena dianggap merusak tanaman endemik Edleweis rawa.

Manager Site Kampung Cai Ranca Upas, Argo Wibowo mengatakan, rusaknya lahan savana bunga rawa itu lantaran peserta trail melenceng dari jalur yang sudah ditentukan.

"Jadi kemarin itu ada event motor trail pada tanggal 5 Maret 2023. Ada kesalahpahaman antara penyelenggara event dan peserta. Karena tidak adanya panitia di jalur, peserta motor trail jadi mabal (menyimpang) dari jalur dan memasuki kawasan sabana yang mana di sana ada bunga rawa itu," katanya mengutip Kompas.com.

Baca juga: Berkendara Saat Hujan, Lampu Motor Bisa Berembun

Kerap menanam Edelweis Rawa di Ranca Upas dan akhirnya rusak akibat event motor trail. Supriatna (44) alias Mang Uprit mengaku kesal dan meluapkan emosinya secara spontan. Video Mang Uprit sempat ramai di media sosial, baik Instagram atau TikTok.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Kerap menanam Edelweis Rawa di Ranca Upas dan akhirnya rusak akibat event motor trail. Supriatna (44) alias Mang Uprit mengaku kesal dan meluapkan emosinya secara spontan. Video Mang Uprit sempat ramai di media sosial, baik Instagram atau TikTok.

Argo mengatakan luas lahan yang terdapat edelweis rawa seluas 1,5 hektare. Namun, lahan yang rusak karena acara trail hanya sebagian kecil.

"Yang rusak itu camping ground savana saja. Salah satunya yang ada posisi bunga rawa itu," kata dia.

Menanggapi kejadian tersebut, Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan saat melakukan trabasan memang diperlukan kesadaran individu untuk menjaga alam.

"Ini perlu kesadaran pada individu. Sering kawan-kawan trabasan walupun diingatkan untuk ramah lingkungan karena rata-rata kita melalui alam yang kadang-kadang masih natural dan aktivitas motor kita bisa merusak alam," kata Jusri kepada Kompas.com, Rabu (8/3/2023).

Baca juga: Intensitas Hujan Tinggi, Waspada Jalan Ambles

Ratusan peserta ikuti even cross country Samota Humas Pemprov NTB Ratusan peserta ikuti even cross country Samota

"Kita sering diingatkan oleh ketua kelompok atau panitia acara untuk melakukan gerakan ramah lingkungan seperti pohon, kebersihan, tidak merusak tanaman, tidak mengganggu habitat hewan yang langka di situ," kata dia.

"Tapi tetap saja ada oknum-oknum yang tidak paham dan selain itu mudah terprovokasi, ini yang jadi keprihatian buat orang orang-orang pecinta trabas sendiri yang cinta lingkungan," ujar Jusri.

Jusri mengatakan jika penggemar off road tidak sadar dengan hal itu maka yang dirugikan ialah diri sendiri karena nantinya bakal timbul protes. Jika sudah seperti itu maka pecinta off road jadi sulit menyalurkan hobi.

Baca juga: Video Bus Pariwisata Ugal-Ugalan, Makin Meresahkan

"Dan ini yang harus kita catat, harus kita semangati, bimbing, kampanyekan ramah lingkungan ini. Karena kalau tidak ruang bermain buat pecinta trabas bakal makin kecil dan makin kecil dan akhirnya tidak ada," kata dia.

Sejumlah anggota NTC yang beristirahat di sekitar patok batas RI - Malaysia setelah menempuh medan terjal perbukitan sepanjang 70 km dalam rangka menyambut HUT RI 75 (Ical NTC)Kompas.com/Ahmad Dzulviqor Sejumlah anggota NTC yang beristirahat di sekitar patok batas RI - Malaysia setelah menempuh medan terjal perbukitan sepanjang 70 km dalam rangka menyambut HUT RI 75 (Ical NTC)

"Kenapa karena timbul larangan-larangan dilarang melintasi ini dan itu sudah banyak terjadi. Itu sangat mengcewakan sekali," ungkap Jusri.

Pria yang masih trabasan hutan dan jadi joki balap drag Harley-Davidson ini mengatakan, mulai banyaknya larangan melakukan off road harus jadi momentum para pegiat motor trail untuk evaluasi diri.

"Itu bisa menjadi pecinta bagi kita pecinta trabas untuk menjaga lingkungan karena buntutnya nanti kepada kita. Ruang bermain tidak ada. Kalau playground tidak ada lagi maka semangat hidup kita tidak ada lagi," kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau