Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adik Rossi Usul Motor MotoGP Dilengkapi Tombol Merah Khusus

Kompas.com - 19/10/2022, 10:42 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Pebalap Mooney VR46 Racing Team Luca Marini, baru-baru ini meminta teknologi MotoGP dikembangkan. Seperti menambahkan teknologi tombol merah yang dipasang khusus pada setiap motor pebalap MotoGP.

Dilansir dari Crash, Rabu (19/10/2022), teknologi tombol merah di masing-masing motor pebalap MotoGP ini berfungsi sebagai peringatan jika kondisi lintasan jadi terlalu berbahaya.

Saat tombol merah ditekan oleh para rider, sinyal akan dikirim langsung ke Race Director. Jika mayoritas pebalap setuju dengan kondisi itu, maka bendera merah akan dikibarkan. Sebagai penanda bahwa balapan harus dihentikan.

Baca juga: Motor Jangan Asal Belok di Tikungan Apalagi Boncengan

Tujuan dari tombol merah ini adalah untuk memberitahu Race Direction tentang bahaya di trek sebelum bukti nyata dari sebuah kecelakaan terjadi.

Gagasan ini berkaca pada beberapa kejadian di seri sebelumnya. Seperti pada Grand Prix Thailand, di mana para rider Moto2 mengalami serangkaian kecelakaan akibat hujan deras yang mengguyur. Atau pada MotoGP Australia, saat angin kencang juga menerpa Sirkuit Phillip Island, hingga bisa membahayakan nyawa para rider.

Balapan pada MotoGP Thailand 2022 berlangsung dalam kondisi yang membahayakan menurut sebagian pebalapDok. Yamahamotogp.com Balapan pada MotoGP Thailand 2022 berlangsung dalam kondisi yang membahayakan menurut sebagian pebalap

Menurut Marini, race director hanya melihat kondisi trek dari layar TV dan tidak bisa merasakan langsung bagaimana berada di lintasan. Hal inilah yang membuat pihak race director selalu terlambat, sehingga baru mengibarkan bendera merah ketika sudah terjadi kecelakaan.

“Dalam situasi ini, kami selalu menunggu tabrakan untuk dapat bendera merah. Saya pikir IRTA, Dorna, atau Race Direction, ketika mereka harus mengambil keputusan seperti ini, itu bukan pekerjaan mudah bagi mereka. Karena mereka tidak berada di trek, mereka ada di sini (di pit) dan dari sini Anda tidak merasakan angin,” ujar Marini.

“Kami meminta mereka, juga komisi keselamatan, untuk menyediakan tombol pada motor setiap pebalap. Di mana jika 80 persen pebalap menekan tombol ini, mereka dapat mengibarkan bendera merah. Ini hanya untuk mengirim informasi lebih lanjut. Karena jika Anda melihat balapan dari TV, Anda tidak melihat apa-apa,” lanjutnya.

Marini melanjutkan, saat ini, satu-satunya cara pengendara dapat menunjukkan masalah yang ada di lintasan dengan Race Direction adalah dengan mengangkat tangan.

Baca juga: Intip Fungsi Tombol pada Motor Balap MotoGP

Modifikasi rem di motor MotoGP@offbikes Modifikasi rem di motor MotoGP

Masalahnya adalah rider yang memimpin balapan, bisa saja memiliki kepentingan untuk menghentikan balapan lebih awal, sementara pebalap di barisan belakang ingin balapan berlanjut. Dengan begitu, tidak akan pernah ada kesepakatan yang jelas terkait situasi berbahaya yang ada di lintasan.

“Saya pikir sekarang teknologinya jauh lebih baik. Ketika Anda mengangkat tangan, Anda mungkin hanya melihat tiga atau empat orang di depan (melakukannya). Mereka dapat memiliki keuntungan dalam pikiran mereka dengan mengangkat tangan mereka pada saat itu,” ucap Marini.

Baca juga: Alex Rins Pindah ke LCR Honda, Marc Marquez Enggan Beri Masukan

“Tetapi ketika 80 persen dari pebalap menekan tombol dan mengirimkan sinyal bahwa itu adalah situasi berbahaya. Itu seperti pemungutan suara. Saya pikir akan lebih mudah bagi (Race Direction) jika kami dapat mengirimkan informasi ini kepada mereka,” lanjut Marini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com