Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Kenapa Rem Bus Bisa Blong?

Kompas.com - 27/06/2022, 13:21 WIB
Aprida Mega Nanda,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini terjadi kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah mobil terjadi di ruas Jalan Tol Cipularang, tepatnya di Km 92 wilayah Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat, pada Minggu (26/6/2022).

Kecelakaan beruntun tersebut melibatkan 17 kendaraan. Kepala Induk Patroli Jalan Raya (PJR) Ruas Tol Cipularang AKP Denny Catur mengatakan, kecelakaan bermula saat bus Laju Prima bernopol B 7602 XA melaju dari arah Bandung menuju Jakarta menabrak beberapa kendaraan di depannya.

“Kendaraan bus Laju Prima diduga mengalami rem blong sehingga menabrak kendaraan di depannya,” ucap Denny dikutip dari Kompas.com, Senin (27/6/2022).

Baca juga: Tabrakan Beruntun Libatkan 17 Mobil di Tol Cipularang

Denny melanjutkan, salah seorang saksi mata mengatakan bahwa bus Laju Prima melaju lebih kencang dan menyalip beberapa kendaraan. Namun bus tersebut tidak terkendali.

“Kayanya remnya blong, sekarang sopir busnya kabur,” kata dia.

Akibat kejadian ini, 4 orang luka berat dan 16 orang luka ringan.

Bicara soal rem blong, memang lebih umum terjadi pada kendaraan komersial seperti bus atau truk yang dipaksa kerja terus menerus tanpa diperhatikan kesehatan komponennya.

Dalam kasus ini, pengemudi bus tentu memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga keselamatan penumpangnya.

Sebanyak 17 kendaraan terlibat kecelakaan beruntun di KM 92 Tol Cipularang, Minggu (26/6/2022).Tangkapan layar Video Sebanyak 17 kendaraan terlibat kecelakaan beruntun di KM 92 Tol Cipularang, Minggu (26/6/2022).

Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, salah satu faktor yang bisa menyebabkan terjadinya rem blong adalah adanya tindakan keliru yang dilakukan oleh pengemudi bus dan truk dalam pengoperasian rem.

Seperti mendinginkan tromol atau kampas rem yang mengalami panas dengan cara disiram dengan air. Pasalnya, ketika tromol dan kampas rem yang panas disiram air, bisa menyebabkan perubahan bentuk pada tromol.

“Jika sudah berubah bentuk, potensi rem memudar alias brake fading akan lebih tinggi. Cara mendinginkan rem yang paling baik adalah dengan cara istirahat (berhenti) sampai suhu turun dengan alami minimal 30 menit,” ucap Ahmad.

Perilaku lainnya adalah pengemudi suka mengocok rem, baik yang sudah full air brake (FAB) ataupun yang masih hidrolik, menggunakan minyak rem. Jika mengocok pedal rem pada kendaraan yang FAB akan berpotensi menurunkan tekanan udara. Kalau tekanan udara kurang dari 6 bar, maka pedal rem akan keras diinjak.

“Kalau kendaraan yang masih menggunakan hidrolik atau semi air brake, ketika mengocok pedal rem, akan meningkatkan temperatur pada ruang master rem. Jika minyak rem jelek, berpotensi terjadinya vapor lock,” kata dia.

Baca juga: Dilarang Beli Pertalite, BPH Migas Kaji Mobil Mewah 2.000 cc ke Atas

Vapor lock sendiri merupakan kondisi di mana minyak rem yang mendidih menghasilkan gelembung udara yang masuk ke master rem. Jadi yang mendorong kampas bukan tenaga hidrolik, melainkan udara kosong, sehingga tidak mampu mengerem dengan maksimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau