Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Era Mobil Listrik Mengancam Industri Otomotif Konvensional?

Kompas.com - 08/12/2021, 11:02 WIB
Stanly Ravel

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Era mobil listrik di Indonesia bukan sekadar euforia sesaat, dibuktikan dengan pergerakan industri otomotif yang beralih ke teknologi ramah lingkungan.

Namun dari kaca mata lain, adanya era mobil listrik menimbulkan persepsi berbeda, yakni mengancam industri manufaktur otomotif yang sudah mapan dengan produksi mobil bermesin internal combustion engine (ICE) alias konvensional.

Menanggapi hal tersebut, Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menjelaskan, datangnya era mobil listrik tak menjadi ancaman bagi industri otomotif Indonesia.

Baca juga: Ini Biaya Resmi Bikin SIM A per Desember 2021

"Yang akan terjadi adalah perubahan power train, jadi penggeraknya, dari ICE menjadi elektro motor dan kemudian menggandalkan baterainya. Baterai ini sudah ada di Indonesia, dan jadi peningkatan bagi industrinya, dari yang kecil menjadi lebih besar dan kompleks," ucap Kukuh dalam Kompas Talks Electrifying Lifestyle : Peduli Lingkungan Melalui Investasi Mobil Listrik, Rabu (1/12/2021).

Industri Mobil ListrikKompas Talks Industri Mobil Listrik

"Jadi buat kami ini bukan ancaman, karena anggota kami yang punya prinsipal rata-rata juga sudah punya model atau produk electric vehicle-nya dengan berbagai tipe, dari hybrid sampai listrik murni," kata Kukuh.

Namun, Kukuh menegaskan bila yang menjadi masalah dan kendala saat ini, serta wajib diperhatikan semua stakeholder adalah harga dari produk mobil listriknya sendiri.

Pasalnya, di negara manapun, bicara soal mobil listrik masih mendapatkan subsidi dari pemerintahnya.

Contoh seperti Tiongkok, menurut Kukuh berdasarkan informasi yang didapat anggaran subsidinya sekitar 15.000 Dollar AS per unitnya, termasuk di Korea Selatan.

Baca juga: Transjakarta Alami 502 Kecelakaan hingga Oktober, Begini Respons BPTJ

Ilustrasi pabrik Toyota di Amerika Serikat.asia.nikkei.com Ilustrasi pabrik Toyota di Amerika Serikat.

"Hal ini (subsidi) saya pikir masih cukup berat, dan harganya juga masih cukup tinggi. Kalau kita singgung harga mobil listrik paling murah saat ini sekitar Rp 600 juta, masyarakat kita daya belinya masih di bawah Rp 250 jutaan, jadi ada gap sekitar Rp 300 jutaan," kata Kukuh.

Lebih lanjut Kukuh menegaskan, pada dasarnya Gaikindo telah memiliki produk mobil listrik, namun saat ini yang jadi masalah adalah apakah pasarnya bisa menerima atau tidak dengan harga yang cukup tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau