Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pabrikan Otomotif Jepang Tak Bisa Langsung Beralih ke Elektrifikasi?

Kompas.com - 11/10/2021, 19:21 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Saat ini penjualan mobil listrik masih jauh di bawah penjualan kendaraan dengan mesin bakar internal. Melihat data Gaikindo, penjualan BEV masih berada di bawah 2.000 unit per bulan, dibandingkan mobil konvensional yang mencapai puluhan ribu unit.

Untuk mempercepat penetrasi mobil listrik, pemerintah didorong menyiapkan strategi sendiri. Salah satunya lewat konversi kendaraan listrik.

Sebab merek otomotif Jepang, yang mayoritas di sini, tidak bisa dipaksa langsung beralih ke teknologi listrik.

Baca juga: Benarkah Mengecas Ponsel di Mobil Bikin Aki Cepat Soak?

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh TEDxGreenWelfare (@tedxgreenwelfare)

Menurut Ricky, Indonesia sebetulnya bisa bergerak sendiri untuk mempercepat proses transisi. Bahkan tidak perlu menunggu merek otomotif memasarkan produknya di Tanah Air.

“Misalnya Toyota, kalau kita lihat datanya, mereka tidak langsung ke elektrik, tapi hybrid,” ujar Ricky Elson, ilmuan dan pemegang paten motor listrik, dalam live Instagram @tedxgreenwalfare yang dilansir Senin (11/10/2021).

“Tentu saja Toyota memilih hybrid ini berbeda dengan Tesla yang langsung ke listrik, Toyota memilih hybrid dengan perhitungan yang sangat matang sekali,” kata dia.

Baca juga: Berapa Jarak yang Bisa Ditempuh Saat Indikator BBM E?

Ilustrasi mobil listrik ToyotaCARSCOOPS.com Ilustrasi mobil listrik Toyota

Ricky mengatakan, jika Toyota langsung beralih ke elektrik, itu sama saja menghancurkan industri Jepang. Pasalnya untuk membuat suatu teknologi mobil dengan mesin bakar internal, begitu banyak industri yang menopang di belakangnya.

“Kalau misalnya diganti langsung ke mesin listrik, Toyota memiliki kemampuan itu. Mereka telah riset sejak tahun 1970-an tentang kendaraan listrik. Mereka memiliki teknologinya, lebih mumpuni. Bukan mereka kalah dari Tesla,” ucap Ricky.

“Tapi karena mereka telah memiliki sebuah gerbong besar, jadi mereka enggak bisa beralih begitu saja. Mau dibuang kemana industri yang tadi menopang? Oleh karena itu, mereka memilih strategi menggabungkan teknologi mesin dengan tenologi listrik, yang disebut dengan teknologi hybrid,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau