JAKARTA, KOMPAS.com – Mengemudikan mobil kadang dijadikan kompetisi setiap orang. Ada yang bangga kalau menyetir tanpa istirahat lebih dari 4 jam.
Selain itu ada juga yang memamerkan kecepatan puncak ketika dia mengemudi.
Soal siapa yang paling kuat menahan lelah ketika mengemudi maupun mengebut memang kerap jadi pembahasan. Namun sebenarnya, mengemudi ketika kelelahan maupun mengebut sangat berisiko menyebabkan kecelakaan.
Training Director The Real Driving Centre Marcell Kurniawan mengatakan, memang masih banyak pengemudi yang mengambil risiko yang tidak perlu. Sehingga dia sendiri malah meningkatkan risiko kecelakaan di jalan.
Baca juga: Catat, Ini 8 Titik Penyekatan Jalur Mudik di Depok
“Mengambil risiko yang enggak perlu seperti ngebut dan memaksakan diri mengemudi walau sudah lelah,” kata Marcell kepada Kompas.com, Jumat (7/5/2021).
Menurut Marcell, pengemudi harus sadar untuk jangan pernah ambil risiko yang tidak perlu. Selain itu, selalu ingat kalau kecelakaan selalu mengintai ketika sedang berada di jalan raya.
Kemudian, bagi yang senang mememacu kendaraannya dengan maksud agar tidak mengantuk juga perlu diperhatikan. Memang benar, ketika mengebut, adrenalin mengalir deras sehingga tubuh segar, namun reaksi tersebut bisa hilang juga.
Baca juga: Aksi Nekat Pengemudi Datsun Terabas Banjir
“Adrenalin ini hanya sementara. Jika ngebut sudah menjadi biasa, maka adrenalin akan turun, kemudian pengemudi akan drop,” ucap Marcell.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, menaikkan adrenalin di saat tubuh lelah atau berada di batas kemampuan manusia adalah cara penyelesaian yang salah.
“Obat ngantuk hanya satu, istirahat atau tidur. Kemampuan tubuh manusia juga ada batasnya, kalau dipaksana, risikonya tinggi,” kata Sony kepada Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.