Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Klaim Keunggulan Biosolar B30

Kompas.com - 13/02/2020, 06:51 WIB
Stanly Ravel,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Melanjut Biosolar 20 persen atau B20, kini pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi mengimplementasi B30 di Indonesia.

Pada dasarnya B30 merupakan kesinambungan dari B20. Tingkat campuran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) atau kandungan nabati dari kelapa sawit yang semula hanya 20 persen kini naik menjadi 30 persen.

Selain sebagai energi baru yang terbarukan serta menyelesaikan masalah defisit neraca perdagangan, penerapan B30 di Indonesia juga diklaim sebagai upaya menekan polusi udara yang dihasilkan dari solar murni.

Baca juga: Begini Cara Truk Lawas Mitsubishi Fuso Bisa Tenggak Solar B30

"Implementasi Program Mandatori Biodiesel, termasuk B30 dijalankan dengan perencanaan yang matang dan sistematis serta melalui serangkaian uji komprehensif dan konstruktif untuk memastikan implementasinya tepat sasaran, tidak menimbulkan kerugian dan kerusahan mesin kendaraan dan justru berperan dalam meningkatkan kualitas lingkungan," kata Direktur Bioenergi Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Andriah Feby Misna, dalam siaran resminya beberapa waktu lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

BUKAN SABUN COLEK Selamat sore Sobat Energi! Bukan sabun colek bukan juga boy band. B30 sebentar lagi akan hadir di tengah-tengah Sobat dengan bahan bakar yang jauh lebih ramah lingkungan dan mampu memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif. B30, campuran 30% biodiesel (FAME) dengan 70% bahan bakar minyak solar akan siap digunakan kendaraan Sobat pada Januari 2020 nanti. Setelah tahun lalu, 2019, B20 telah beredar di pasaran dan mampu menghemat devisa negara, tahun depan giliran B30. Pencampuran biodiesel (FAME) dapat menggantikan ketergantungan kita pada energi fosil yang dari hari ke hari kian menipis. Bahkan, impor BBM juga dapat ditekan dengan pemanfaatan bahan bakar nabati ini. Dukung terus ya Sobat! Apakah ada dari Sobat yang sudah pernah menggunakan B20 untuk kendaraannya sebelumnya? Sudah siap untuk lanjut ke B30? Jangan lupa tuliskan di kolom komentar di bawah ini ya Sobat! #KESDM #EnergiTerbarukanMenarik #MenujuB30 #Viral #FaktaData #AntiHoax

A post shared by Kementerian ESDM (@kesdm) on Dec 19, 2019 at 2:51am PST

Feby juga menjelaskan bila dari segi mutu bahan bakar B30 lebih baik dibanding B20. Proses pengujian B30 telah dilakukan dibeberapa wilayah di Indonesia, termasuk di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.

Hal tersebut dilakukan untuk melihat kemampuan bahan bakar dalam melakukan adaptasi pada kondisi udara yang lebih dingin. Hasilnya, Feby mengatakan start ability mesin berjalan mulus setelah didamkan bahan bakar pada corong terpisah selam 21 hari.

Tak hanya itu saja, uji jalan 640 km di ragam lintasan juga ikut dilakukan. Pada lintasan lurus, kestabilan mobil dipertahankan pada kecepatan maksimal, yakni 100 kpj.

Baca juga: B30 Resmi Berjalan, B40 Maret Diuji Coba

B30esdm.go.id B30

"B30 pada dasarnya siap digunakan mesin diesel biasa dengan sedikit atau tanpa penyesuaian. Penyesuaian dibutuhkan jika penyimpanan atau wadah biodiesel terbuat dari bahan yang sensitif dengan biodiesel seperti seal, gasket, dan perekat terutama mobil lama dan yang terbuat dari karet alam dan karet nitril," ucap Feby.

Pada intinya, keberhasilan B30 tergantung kepada tiga faktor, yaitu kualitas bahan bakar (biodiesel dan solar), handling atau penanganan bahan bakar dan juga kompatibilitas material terhadap bahan bakar tersebut.

Kerusakan yang terjadi pada injektor dapat diakibatkan dari ketidaksesuaian salah satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau