JAKARTA, KOMPAS.com — Harley-Davidson yang diselundupkan dari Toulouse, Perancis, dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia tipe airbus A330-900 Neo secara terurai diperkirakan memiliki banderol sekitar Rp 800 juta.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebutkan, sepeda motor diselundupkan di lambung pesawat menggunakan boks berwarna coklat dengan muatan 15 koli.
"Motor adalah Harley-Davidson shovelhead klasik tahun 1970-an yang dibeli pada April 2019," katanya di Jakarta, Kamis (5/12/2019).
Baca juga: Kronologi Penyelundupan Harley-Davidson di Pesawat Garuda Indonesia
Mendengar kabar tersebut, Dealer Principal Anak Elang Harley-Davidson Jakarta Sahat Manalu mengaku amat menyayangkan bahwa penyelundupan motor masih terjadi di Indonesia, khususnya untuk merek Harley-Davidson.
"Saya sebenarnya belum mengetahui secara detail hal ini, tetapi memang sangat disayangkan. Apalagi motor didatangkan secara terurai, ini sudah jelas bahwa memang ada indikasi menyelundupkan dan pembeliannya tidak dilakukan dengan benar," katanya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/12/2019).
"Kalau dia melakukan pembelian dengan benar, tidak akan dalam bentuk terurai seperti itu. Pasti dalam bentuk built-up. Lagi pula, apa salahnya untuk melapor," ujar dia.
Baca juga: Soal Penyelundupan Harley dan Brompton di Garuda, Mengapa Orang Malas Bayar Pajak?
Menurut Sahat, pembeli motor tersebut berusaha untuk menghindari berbagai beban pajak saat dibawa ke Indonesia. Sebab, pajak untuk impor motor berkapasitas 1.000 cc ke atas memang sangat tinggi.
"Beberapa di antaranya itu adalah Pajak Pembelian Atas Barang Mewah (PPnBM) 125 persen, Pajak Bea Masuk Barang Impor 30 persen, PPN 10 persen, hingga PPh 5 persen. Jadi memang berat untuk orang yang belum siap untuk memiliki moge," katanya.
Berkat berbagai beban pajak tersebut, ia memperkirakan bila nilai Harley-Davidson di Amerika Serikat adalah Rp 450 juta, begitu masuk ke Indonesia akan menjadi Rp 1,6 miliar.
"Kemungkinan lainnya, dia memang tidak tahu bagaimana cara membeli dan membawa Harley-Davidson impor ke Indonesia," ujarnya.
Spesifikasi
Melansir laman cycleworld, motor gagah klasik ini merupakan kendaraan ikonik di Amerika Serikat (AS). Mesin diproduksi antara tahun 1966 sampai 1984 dan menjadi jantung mekanis buas berkarakter unik.
Mesin shovelhead memiliki keunggulan tenaga tambahan dan konsumsi bahan bakar yang lebih efisien dari model sebelumnya, Panhead.
Namun mesin jenis ini punya kekurangan, yaitu sistem pendingin yang kurang baik sehingga menyebabkan panas dan cepat terjadi overheat. Oli juga berpotensi menggenang di kepala silinder dan di bak mesin, membuat mesin tersebut jadi sangat panas.
Disebutkan pula bahwa kapasitas mesin shovelhead paling favorit ialah 1338 cc, dengan tenaga 60 daya kuda, 64 daya kuda, dan 67 daya kuda.
"AA selaku direksi Garuda Indonesia memberikan instruksi untuk mencari motor klasik Harley Davidson tipe Shovelhead sejak 2018, lalu baru melakukan pembelian di April 2019. Proses transaksi melalui transfer rekening di Jakarta ke Finance Manager Garuda di Ansterdam. Motor ini tahun 70an," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.