JAKARTA, KOMPAS.com - Hanya dalam waktu lima tahun, sedikitnya sudah ada empat merek otomotif yang hengkang dari Indonesia. Mulai dari Subaru di 2015, Ford pada 2016, Infiniti pada pertengahan 2018, serta yang paling baru adalah Chevrolet, di 2020 mendatang.
Alasan paling mendasar dari keputusan menghentikan penjualan di Indonesia itu ialah sulitnya mencari pasar. Sehingga, perusahaan tidak mendapat manfaat yang berkesinambungan dan memutuskan untuk lakukan efisiensi.
Meski demikian, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi, mengatakan bahwa keputusan yang diambil oleh beberapa pabrikan untuk keluar dari Indonesia tidak berpengaruh banyak terhadap industri otomotif dalam negeri.
Baca juga: Perjuangan Panjang Chevrolet di Pasar Otomotif Indonesia
"Memang sangat disayangkan jika ada yang keluar, tapi biasanya akan segera tergantikan dengan merek lain. Jadi dampaknya tidak begitu besar," kata Nangoi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (30/10/2019).
Nangoi mengaku, Indonesia memiliki potensi yang begitu besar sehingga banyak produsen otomotif tertarik untuk bergabung. Bahkan, beberapa di antaranya bersedia melakukan investasi besar.
"Saya belum bisa katakan saat ini, tapi ada yang investasi besar dan segera bergabung. Jadi bukan karena ada merek yang keluar, lalu merek lain jadi enggan datang ke Indonesia. Justru mereka melihatnya itu sebagai kesempatan," kata Nangoi.
Baca juga: Penjualan Chevrolet di Indonesia Ditolong Spin dan Trax
"Terkait Chevrolet, kami tidak tahu apa pertimbangannya keluar karena setiap keputusan pabrikan kita tidak ikut campur. Kita hanya komunikasikan apa-apa saja yang jadi kewajiban asosiasi, tidak ikut campur dalam 'dapur' mereka," ujarnya lagi.
Sebelumnya, General Motors (GM) mengumumkan melalui keterangan resmi akan menghentikan penjualan di Indonesia pada Maret 2020. Namun, bisnis purna jual berupa servis, suku cadang, dan garansi, akan tetap dikawal GM Indonesia.
"Di Indonesia, kami tidak memiliki segmen pasar otomotif yang dapat memberikan keuntungan berkesinambungan. Faktor-faktor ini juga membuat kegiatan operasional kami menjadi semakin terpengaruh di samping faktor yang lebih luas seperti pelemahan harga komoditas dan tekanan mata uang asing," kata President GM Asia Tenggara Hector Villarreal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.