Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai BBM Premium dan Pertalite Lebih Mahal Dibanding Pertamax?

Kompas.com - 21/08/2019, 10:28 WIB
Ruly Kurniawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengklaim bahwa menggunakan bahan bakar minyak (BBM) oktan rendah akan lebih boros. Kesimpulan ini didapat usai membandingkan jarak tempuh serta biaya perawatan kendaraan yang menggunakan bahan bakar jenis Pertamax dengan Premium dan Pertalite .

"Menggunakan Premium, Pertalite, Solar, serta Dexlite sebenarnya lebih mahal karena jarak tempuh per liter lebih pendek sekitar 20 persen. Usia komponen pun menjadi lebih cepat rusak seperti piston, arm piston, busi, dan lainnya sehingga meningkatkan operating cost kendaraan," kata Ahmad Safrudin, Direktur KPBB saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Rabu (21/8/2019).

Jadi, menurut Ahmad menggunakan bahan bakar tersebut justru merugikan, terlebih jika kendaraan digunakan dalam jangka waktu lama, karena biaya perawatan tentu lebih mahal.

Baca juga: Pakai Pertamax Ternyata Lebih Hemat dari Premium

Namun, menurut beberapa pengendara sepeda motor khususnya ojek online (ojol). Berdasarkan pengalaman, menggunakan Pertalite justru lebih hemat dibanding Pertamax.

"Memang ada kendala seperti performa sedikit berkurang. Tapi kalau bicara pendapatan, rutin menggunakan Pertamax itu mengurangi pendapatan. Biasanya, saya mengakalinya dengan sesekali mengganti BBM (dari Pertalite ke Pertamax) dan itu tidak masalah," kata Deddy, pengemudi ojol asal Bekasi beberapa waktu lalu.

Syahrul, yang juga berprofesi sebagai pengendara ojol juga beranggapan sama. Jika tarif masih tetap seperti saat ini, menggunakan Pertalite lebih menguntungkan.

Baca juga: Soal Polusi Kendaraan, Bukan Hanya BBM Biang Keladinya

"Jika memang dirasa motor sudah tidak enak, biasaya saya langsung servis dan biayanya tidak besar," ujarnya.

Minim Edukasi

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo mengatakan, produsen bahan bakar di Tanah Air seharusnya lebih terbuka terhadap produk yang dijual. Hal ini perlu karena berkaitan dengan pola pikir dan kebiasaan pemilik kendaraan dalam memilih bahan bakar.

"Kendaraan saat ini, khususnya motor sebenarnya sudah harus pakai RON 92, standarnya seperti itu supaya performa optimal. Tapi mengapa Pertalite masih jadi pilihan utama? Selain harga, ini disebabkan kebiasaan dan pola pikir pemilik kendaraan," katanya.

"Seharusnya ketika pengendara ingin mengisi bahan bakar, petugas menjelaskan lebih dahulu rekomendasi produknya apa, alasannya bagaimana. Seiring berjalannya waktu, pola pikir pemilik kendaraan akan membaik dan beralih untuk menggunakan bahan bakar yang sesuai rekomendasi. Mereka jadi lebih peduli," ujar Sudaryatmo.

Maka, lanjut dia jika keadaan belum membaik dan terus seperti ini, menghentikan penjualan bahan bakar Pertalite dan sekelasnya kurang bijak. Edukasi mendalam tentang plus-minus menggunakan Pertalite dibanding Pertamax belum terealisasi dengan baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau