JAKARTA, KOMPAS.com - Mengendari mobil dengan transmisi otomatis memang lebih praktis dibandingkan manual. Apalagi saat liburan kemarin diajak pulang kampung untuk merayakan Lebaran bersama keluarga, pengendara akan lebih santai karena tak direpotkan harus memindahkan transmisi dan mengerakan kedua kaki.
Namun di balik kemudahan dalam mengendarai mobil matik, ada konsekuensi yang menjadi tanggungan pemilik, yakni borosnya penggunaan kampas rem. Kondisi ini sudah menjadi hal yang lumrah, karena dari pemakaian rem mobil transmisi matik akan jauh lebih aktif dibandingkan mobil transmisi manual.
Menurut Kepala Bengkel Auto2000 Yos Sudarso, Suparman, keausan kampas rem mobil matik memang cukup wajar karena rem menjadi satu-satunya yang diandalakan untuk memperlambat laju mobil, tidak seperti mobil manual yang lebih yang masih bisa dibantu dengan engine brake.
Baca juga: Sebelum Berlibur, Cek Kondisi Kampas Rem Mobil
"Bukan berarti mobil transmisi matik tidak bisa engine brake, tetapi dalam kenyataannya, pengguna mobil matik memang lebih mengandalkan rem. Bila dibandingkan dengan mobil manual, otomatis mobil matik itu lebih cepat habis setengahnya, apalagi seperti habis digunakan mudik, itu wajib kembali untuk di cek kondisinya," ujar Suparman beberapa waktu lalu.
Maksud Suparman dengan lebih cepat habis setengahnya adalah dari sekala pergantian kampas. Misal kampas rem mobil transmisi manual biasa diganti setiap 60.000 km sekali, pada mobil transmisi matik di jarak tempuh 30.000 atau 40.000 km sudah harus ganti.
Selain karena selalu mengandalkan rem, ada tiga penyebab lain kenapa kampas rem mobil otomatis lebih cepat habis. Rata-rata penyebabnya pun dikarenakan kebiasaan buruk dari penggunanya sendiri, yakni ;
Menahan Rem
Kebiasan pemilik mobil transmisi matik lebih suka menahan pedal rem dengan kaki dibandingkan mengaktifkan rem tangan saat berhenti. Parahnya lagi, ketika melakukan hal tersebut posisi tuas transmisi berada di D yang artinya pemilik juga menahan laju mobil dengan rem.
"Kondisi ini yang menyebabkan kampas rem cepat habis. Bahkan kebiasan ini dilakukan hampir setiap saat, dan saat maju akan ada gesekan yang terjadi antara cakram dan kampas rem terlalu berat. Pada posisi tuas di D itu sama saja rem disuruh menahan laju gerak kendaraan," ucap Suparman.
Baca juga: Tips Jaga Rem Mobil Supaya Lebih Awet
Diandalkan
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, mobil transmisi matik memiliki ritme penggunaan rem yang sangat aktif. Mulai dari akan bergerak, memperlambat laju kendaraan sampai mobil berhenti pasti dan wajib menginjak pedal rem. Otomatis, kondisi ini akan membaut kampas rem bekerja ekstra sehingga cukup wajar bila lebih cepat mengalamai keausan.
"Mobil transmisi matik bisa engine break, tetapi dayanya tak sebesar mobil transmisi manual. Selain itu hampir setiap pergerakan ketika mengendarai mobil matik pasti dilakukan dengan menekan pedal rem," kata Suparman.
Posisi Netral
Selain beban yang tinggi, pengendara mobil matik juga jarang nyicil rem. Maksudnya, jika sudah terindikasi akan terhalang lampu merah, masih banyak yang melakukan pengereman mendekati posisi berhenti.
Hal membuat rem bekerja keras. Pengendara mobil transmisi manual, kebanyakan sudah menetralkan posisi transmisinya jika terlihat akan terhadang lampu merah dan mulai melakukan pengereman, sampai akhirnya berhenti.
Sebenarnya, metode ini bisa ditiru untuk pengendara mobil transmisi matik. Caranya cukup mudah, tinggal dorong posisi tuas ke N, lalu mulai melakukan pengereman secara berlahan hingga akhirnya kecepatan bisa berlahan berhenti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.