Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Mental Pengendara yang Turun Temurun

Kompas.com - 01/12/2017, 14:04 WIB
Fachri Fachrudin,
Aris F Harvenda

Tim Redaksi

Jakarta, KompasOtomotif - Mendadak tertib. Seperti itulah gambaran ketika ada razia lalu lintas di ruas jalan yang biasanya dilewati pengendara. Terlebih bagi mereka yang doyan melanggar peraturan.
 
Penyakit mental tertib ketika ada razia dilakukan muncul akibat kurangnya kesadaran untuk mematuhi rambu lalu lintas. Contoh konkret, biasanya sambil berjalan perlahan-lahan, pemotor mengamati adanya razia atau polisi yang bertugas.
 
Jika dirasa aman maka mereka cenderung berani melanggar aturan, atau bahkan melawan arah. Tapi jika ada, biasanya mereka memilih memutar balik kendaraannya, atau berbelok ke jalan lain yang di sekitarnya. Padahal langkah tersebut bisa membahayakan dirinya dan pengguna jalan lain.
 
Fenomena seperti ini juga kerap terjadi di Jalan Ciputat Raya. Tepatnya, di depan Kantor Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
 
"Masyarakat sekarang sepertinya lebih takut sama petugas, bukan sama aturan. Ketika ada petugas, dia (pengendara tersebut) taat aturan, tapi kalau enggak ada petugas dia ngelanggar," ucap Aiptu Syarif Hidayat kepada Kompas.com, Kamis (30/11/2017).
 
 
Kampanye Gatel, didukung NTMC dan YAHM, sasar pemotor yang menyalah gunakan trotoarOtomania Kampanye Gatel, didukung NTMC dan YAHM, sasar pemotor yang menyalah gunakan trotoar
 
Syarif merupakan anggota Polsek Kebayoran Lama yang ikut membantu kegiatan Gerakan Tertib Berlalu Lintas (GATEL), yang dimotori KompasOtomotif yang bekerja sama dengan NTMC Polri serta Yayasan Astra Honda Motor (YAHM), yang digelar Kamis (30/11/2017).
 
Kegiatan kali ini juga, dibantu Satpol PP dari Kecamatan Kebayoran Lama. Sejumlah pengendara yang terciduk diedukasi mengenai pentingnya menaati aturan lalu lintas.
 
Menurut Syarif, pengendara motor yang melawan arus itu sebenarnya memahami aturan berlalu lintas. Namun, pemahamannya itu dikesampingkan dengan alasan pragmatis, misalnya ingin cepat sampai ke tujuan. Padahal, tindakan melawan arah itu membahayakan dirinya dan juga pengendara lainnya. Beberapa kali, di jalan tersebut sudah terjadi kecelakaan meskipun tidak fatal.

"Kepentingan buru-buru sampai tujuannya itu yang kadang-kadang dia anggap lebih penting dari pada keamanan diri," kata Syarif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau