Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IKM Otomotif Lokal Berbasis Logam “Tiarap”

Kompas.com - 30/06/2016, 07:43 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Harapan industri komponen untuk berkembang sangat besar, apalagi dengan kapasitas produksi mobil di Indonesia yang sampai 1,9 juta unit per tahun. Namun, ditengah harapan tersebut, masih ada cerita miris terkait dengan nasib pengusaha Industri kecil menengah (IKM) lokal, khsusnya berbasis logam.

Euis Saedah, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian mengatakan, saat ini IKM otomotif berbasis logam sedang terbebani impor bahan baku, sehingga banyak industri yang berpindah jalur.

“Untuk IKM logam sangat berat, karena bahan bakunya lebih banyak yang diimpor. Lebih lagi, para teman IKM tidak bisa menikmati pembebasan bea masuk, seperti User Specific Duty Free Scheme (USDFS), karena terlalu kecil permintaannya. Lalu harga yang juga terus ditekan oleh produsen mobil,” ujar Euis di sela Bukber Kemenperin dengan Anak Yatim, Kantor Kemeperin, Jakarta, Rabu (29/8/2016).

Euis menambahkan, kelompok IKM berbasis logam sudah melakukan berbagai cara, seperti melalui koperasi, tetap tidak bisa mendapatkan keringanan.

“Saat ini perkumpulan IKM tersebut sedang melakukan cara lain, seperti menempel perusahaan besar, semoga dengan cara itu, apa yang diharapkan bisa tercapai, dan bisnis kembali hidup. Mungkin saat ini, komponen kita sedang tiarap dahulu, sampai ke nanti suatu saat bisa kembali bangkit,” ujar Euis.

Diversifikasi Produk

Euis melanjutkan, untuk mengatasi permasalahan tersebut, para IKM tersebut banyak yang beralih ke bisnis lain (non-logam). Ini tentu untuk menyelamatkan usaha mereka agar tidak gulung tikar.

“Beratnya bermain di komponen logam otomotif, banyak yang men-diversifikasi produk industrinya. Terdapat satu industri komponen otomotif basis logam, yang saat ini sudah beralih membuat briket dari arang batok. Bisnis ini dianggap sedang bagus, karena banyak permintaan untuk ke timur tengah. Ingin bagaimana lagi, mereka butuh makan, maka dari itu alih produksi jadi salah satu cara menyelamatkan diri,” tutur Euis.

“Kalau IKM itu masuk-keluarnya mudah, kalau mereka mandek, langsung beralih. Kalau mulai bagus, masuk lagi. Jadi karena banyak yang berpindah, maka data statistik berapa IKM yang ada akan sulit di lacak,” ujar Euis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com