Chiang Rai, KompasOtomotif – Bersama puluhan jurnalis dari Asia Pasifik, KompasOtomotif dan satu rekan media lain dari Tanah Air berkesempatan ikut menjajal kebolehan model terbaru, Ducati Multistrada 1200S. Pengetesan kali ini dilakukan di Chiang Rai, Thailand, menyajikan rute perjalanan ratusan kilometer (km) untuk merasakan sensasi sepeda motor sport touring dari Italia ini.
Sebelum memulai perjalanan, briefing dari pihak penyelenggara menjelaskan, kalau menu rute yang ditempuh mencapai 320 km, mengitari Chiang Rai dengan kontur perbukitan. Tipikal jalan yang dilalui pun beragam, mulai dari lurus via tol, campuran aspal dan tanah, hingga lumpur, cocok untuk dilalui motor yang memang diciptakan untuk semua medan tersebut.
Setelah sempat berkenalan dengan Multistrada 1200S, akhirnya rombongan memulai petualangan touring sehari ini sekaligus menjadi bahan review.
Bruummm... Saya langsung mencoba menjajal perlahan. Mengingat rute yang saya lintasi akan menuju perkotaan, posisi berkendara dipilih "Urban".
Manuver
Rute pertama yang jadi menu pertama adalah menuju perkotaan. Tubuh motor yang cukup bongsor dengan lebar 945 mm diuji saat kami menemui perempatan jalan yang padat. Meski berbodi besar, melakukan manuver di sela-sela kendaraan tersebut masih terbilang nyaman, beruntung tidak sepadat lalu-lintas di Jakarta.
Selanjutnya, rombongan masuk ke tol dengan karakter jalan aspal mulus dan lurus. Di Thailand, sepeda motor diperbolehkan masuk tol, berbeda dengan Indonesia. Rombongan pun melaju cepat, saya merasakan karakter mesin yang cukup responsif. Saat gas diulir, motor dengan bobot 235 kilogram ini terasa ringan melaju.
Embusan angin akibat laju sepeda motor yang saya tunggangi cukup dapat diredam dengan adanya windshield yang dapat diatur tegak ketinggiannya hingga 60 mm. Perjalanan pun terasa sangat nyaman karena posisi badan yang tegak, tidak pegal.
Memasuki area perbukitan, giliran suspensi motor diuji. Posisi riding mode kembali dipilih "Touring", secara default suspensi Ducati Skyhook Suspension (DSS) ini terasa cukup halus. Sensasi ketika melewati beberapa rintangan seperti jalan tidak rata, hingga lubang pun dapat "dihajar" dengan tenang dengan karakter suspensi yang soft. Motor tetap dapat dibawa dengan anteng tanpa getaran yang menganggu.
Tikungan Tajam
Berjumpa dengan tikungan tajam, kembali performa mesin dan suspensi depan upside down berdiameter 48 mm dan belakang single sided swingarm khas Ducati pun diuji. Posisi rebah dicoba dan motor berbodi agak bongsor ini ternyata cukup nurut, mudah ditekuk! Ban Pirelli Scorpion Trail II dengan lebar 120/70 di depan dan belakang 190/55 yang menempel di pelek 17 inci membuat semakin yakin rebah di tikungan.
Meski mampu rebah, karakter motor ini sejatinya bukan untuk melakukan manuver lebih ekstrem. Saya pun menyadarinya dan tidak ingin melakukan rebah lebih dari 45 derajat di kecepatan 80-90 kpj.
Kemudian, perjalanan pun sudah menempuh 140 kilometer dengan kecepatan rata-rata 120 kpj. Setelah sempat istirahat sekitar 30 menit, rombongan kembali melanjutkan sisa perjalanan.
Kali ini, rute yang dilalui semakin menantang, meski lalu-lintas terbilang sepi, namun beberapa kali ada "kejutan" yang menunggu di jalan. Saya pun beberapa kali menemui jalan berpasir di tikungan, beruntung teknologi Ducati Traction Control (DTC) dan cornering ABS berfungsi ideal, cengkraman ban pun dapat terjaga saat melibasnya.
Kontur perbukitan dengan tikungan naik-turun, membuktikan tenaga dari motor dengan kekuatan 160 tk dan torsi 136 Nm ini memang bisa diandalkan.