Data penjualan ritel Toyota dalam empat bulan pertama tahun ini tercatat 167.323 unit, turun 0,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya 168.579 unit. Sementara penjualan wholesale justru naik 3 persen menjadi 184.499 unit dari sebelumnya 179.917 unit.
"Memang kalau dari angka penjualan wholesale naik 9 persen tetapi ritel hanya 6 persen sehingga ada gap, mudah-mudahan bisa memperkecil sampai akhir tahun," jelas Suparno Djasmin, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM), kepada KompasOtomotif, Rabu (11/7/2014).
Stok
Jika melihat besarnya angka penjualan wholesale, sementara ritel Toyota turun tipis, artinya stok lagi menumpuk saat ini. Sebagai penjual mobil terbesar, otomatis posisi kendaraan yang idle juga paling banyak ketimbang merek lain.
Sumber internal Toyota mengaku, level stok Auto2000 selaku pemasar utama Toyota (mencakup 80 persen porsi penjualan nasional) sudah mencapai dua setengah bulan menumpuk. Penjualan juga turun 15 persen di area lingkup bisnis Auto2000 di Pulau Jawa, Bali, dan sebagian Sumatera.
"Memang stok otomatis bertambah, sedikit dari angka normal yang biasa. Sebagai pimpinan pasar, ini merupakan konsekuensi logis karena kami main di banyak segmen," beber pria yang akrab dipanggil Abong itu.
Untuk menanggulangi, lanjut Abong, Toyota akan fokus bukan cuma dari penjualan tetapi memberikan layanan purna jual yang memuaskan bagi konsumen. Mencoba menciptakan kondisi di mana konsumen bisa mendapatkan pengalaman baik ketika mulai membeli, menggunakan, sampai menjual kembali mobilnya.
Pasokan
Selain memperkuat layanan purna jual, Abong mengaku Toyota juga tengah menghitung ulang antara besar pasokan dan permintaan yang ada di pasar. Level stok perlu diatur dengan baik sehingga tetap terjaga, tetapi juga tidak berlebih.
"Order dikurangi, suplai memang ada penyesuaian. Berapa pengurangannya, saya tidak bisa mengatakan detail angkanya, yang pasti ada penyesuaian," ungkap Abong.
Selain itu, Toyota juga terus berusaha menggenjot kinerja penjualan ritel dengan menawarkan berbagai promo menarik untuk konsumen. Langkah diskon, cicilan ringan, paket kredit, dan lain sebagainya menjadi amunisi jitu untuk membuai konsumen.
"Kalau namanya jualan mobil, selalu akan ada gimmick, apapun bentuknya. Bisa diskon, suku bunga, pemotongan biaya administrasi, dan sebagainya. Ini bukan terjadi tahun ini saja, sebelum-sebelumnya juga sudah ada," papar Abong.
Dengan langkah ini, Abong berharap Toyota masih bisa mempertahankan penguasaan pangsa pasar di atas 34 persen tahun ini. Menurut data penjualan sementara, pangsa pasar Toyota pada wholesale masih 34,6 persen sedangkan ritel 33,3 persen.