Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Listrik Makin Banyak, Apakah SPKLU di Indonesia Sudah Memadai?

Kompas.com - 21/02/2025, 15:21 WIB
Muh. Ilham Nurul Karim,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Perkembangan kendaraan listrik di Indonesia terus melaju setiap tahun.

Namun, tantangan masih ada, terutama terkait keterbatasan infrastruktur pengisian daya dan minimnya pemahaman tentang penanganan darurat.

Dua aspek ini perlu segera mendapat perhatian agar ekosistem kendaraan listrik semakin optimal.

Baca juga: Ragam Promo dan Kegiatan Menarik dari Produsen Oli di IIMS 2025

Untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, PLN menambah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) secara signifikan.

Sepanjang tahun lalu, 3.233 unit baru terpasang, melonjak dibandingkan 1.081 unit pada 2023.

Kini, total SPKLU di berbagai wilayah mencapai 9.956 unit. Namun, belum semua SPKLU mendukung pengisian daya cepat dengan arus searah (DC).

Sebagian masih menggunakan arus bolak-balik (AC) yang membutuhkan waktu lebih lama.

Mayoritas SPKLU memakai colokan CCS2, tetapi ada juga model GBT yang hanya kompatibel dengan mobil listrik Wuling.

Di luar fasilitas umum, pengisian daya di rumah juga meningkat pesat. Dari 9.393 unit home charging station, kini bertambah menjadi 28.356 unit.

Baca juga: Bahas Fitur Hyundai Bluelink di New Creta Prime di IIMS 2025

Menurut pakar mobilitas berkelanjutan Mahaendra Gofar, rasio antara jumlah charger dan populasi mobil listrik di Indonesia masih belum ideal.

"Dalam kondisi ideal, satu charger bisa melayani 10 mobil. Tapi dengan populasi kendaraan listrik mencapai 70 ribu unit, rasio saat ini sekitar satu charger untuk 20 mobil," ujar Gofar saat Talk Show Seres dan Voltron di JIExpo Kemayoran, Kamis (20/2/2025).

Meski mayoritas pemilik lebih sering mengisi daya di rumah, antrean di beberapa SPKLU mulai terlihat, terutama di lokasi strategis.

Selain infrastruktur, pemahaman tentang penanganan kendaraan listrik yang mogok masih minim.

"Banyak yang belum paham bahwa mobil listrik tidak bisa ditarik sembarangan. Jika roda penggerak berputar saat ditarik, motor listrik tetap menghasilkan daya meskipun mobil dalam kondisi mati. Ini bisa merusak sistem penggerak atau baterai," kata Gofar.

Solusinya, sebelum diderek, harus dipastikan arus listrik dari baterai atau dinamo benar-benar terputus.

Jika tidak memungkinkan, maka kendaraan harus diangkut dengan towing yang mengangkat seluruh rodanya, bukan ditarik.

Agar kesalahan seperti ini bisa diminimalkan, edukasi mengenai kendaraan listrik perlu diperluas kepada teknisi, tenaga penjual di diler, pemerintah, pemadam kebakaran, operator jalan tol, hingga perusahaan towing.

"Dengan edukasi yang lebih luas, kendaraan listrik tidak hanya berkembang dalam jumlah, tetapi juga didukung sistem yang siap menghadapi berbagai situasi," kata Gofar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
artinya banyak yg latah... kalau tujuannya memgurangi polusi, apa sumber listrik kita semua sudah terbarukan??


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau