TANGERANG, KOMPAS.com - Chery menilai saat ini wall charger yang diberikan untuk konsumen mobil listrik sudah tepat karena masyarakat Indonesia mayoritas tinggal di rumah atau landed house.
Hal tersebut berbeda dengan di China atau negara maju lain yang mana mayoritas tinggal di apartemen atau vertical house. Sehingga, untuk isi daya tidak mengandalkan wall charger, tetapi charging station atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Baca juga: Baru Meluncur, Mitsubishi XForce Diamond Sense Sudah Diskon Rp 20 Juta
Asisten Presiden Direktur Chery Sales Indonesia (CSI), Zeng Shuo, mengatakan, di China masyarakat mengisi daya di SPKLU, sedangkan di Indonesia mayoritas melakukan charging di rumah masing-masing.
"Di China semuanya di apartemen, yang pakai rumah sedikit. Hampir semuanya pasti apartemen. Kalau semua di apartemen, ada plus minusnya, plusnya semua terpusat jadi transportasi publik mudah. Efisien sekali, tapi susah cari parkir dan bikin charging point," kata Shuo di Tangerang, akhir pekan lalu.
Shuo mengatakan, di China pemilik mobil listrik yang tinggal di apartemen sulit menggunakan wall charger karena terbentur izin, infrastruktur kabel, dan hal lain yang sifatnya teknis, belum lagi jika pemilik pindah.
"Satu apartemen bisa tinggi sekali, bisa banyak orang, kemudian setiap orang saat ganti ke EV, dia minta pasang wall charger, dayanya untuk itu akan tinggi sekali," ujar Shuo.
"Jadi tidak semua orang di China mudah punya wall charging sendiri. Tapi sekarang yang saya lihat, konsumen di Indonesia lebih banyak punya rumah, jadi langsung pasang (wall charger) di rumah," katanya.
Baca juga: Segini Biaya Ganti Filter Tangki BBM Mobil
Shuo mengatakan, jika konsumen sehari-hari hanya memakai mobil listrik untuk pemakaian dalam kota maka wall charger sudah cukup akomodatif.
Berbeda jika pemilik mobil listrik sering melakukan perjalanan keluar kota dengan jarak cukup jauh, mau tidak mau mesti mengggunakan SPKLU.
"Untuk pemakaian harian kalau tidak antarkota seperti dari Jakarta ke Surabaya atau Jakarta ke mana-mana, dia bisa servis sama yang udah punya EV. Saya percaya 80 persen skenarionya charging di rumah," katanya.
"Adapun kalau sedikit jauh seperti Jakarta ke Bandung, atau Jakarta ke daerah lain, dia (hanya) perlu charging di rest area (jalan tol). Kalau untuk (konsumen) Jakarta saya percaya begitu," ujar Shuo.
Baca juga: Penyebab Tarikan Gas pada Motor Matik Terasa Berat
Shuo mengatakan, kekhawatiran konsumen mengenai lokasi isi daya mobil listrik alias SPKLU karena mobil listrik masih baru di Indonesia.
"Jadi konsumen memang mereka masih baru, khawatir charging-nya di mana-mana, sedangkan fasilitas publik masih belum mendukung. Tapi kalau waktu dia punya (sendiri mobil listrik), dia akan sadar, oh 80 persen-90 persen akan charging di rumah," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.