"Kalau mobil yang tangki bensinnya masih terbuat dari logam, kan rawan berkarat ya, karena di dalam bensin kan kadang-kadang ada air juga. Biasanya, tangki itu dilapislah sama paduan dari timbal dan timah itu. Jadi, apa coatingnya kemudian rontok lah, artinya terlarut gitu ya ke dalam bensinnya," kata Yuswidjajanto.
"Nah, itu yang masih lagi dicari. Kenapa? Kalau memang benar itu adalah asalnya dari coating yang ada di tangki, kenapa kok bisa rontok? Kenapa di dalam bahan bakarnya kok itu bisa ini? Nah, dari logika itu, dan kemudian ketika dicek semua bengkel yang terdampak itu, rupanya enggak semua kendaraan juga, yang kena itu kendaraan tertentu saja," ujarnya.
Yuswidjajanto menambahkan, mobil yang terdampak adalah kendaraan yang dibuat di satu pabrik, tapi dipasarkan dengan merek dan tipe yang berbeda, itu yang kena, yang lainnya tidak.
"Kita kan juga heran juga, kok bisa begitu? Apa mereka masih menggunakan pelapis anti-karat itu di dalam tangki bensinnya? Nah, itu yang sedang kami selidiki juga, karena kebetulan ada mobil yang terdampak juga, yang tangki bensinnya boleh diambil, kemudian mau kami bawa ke Bandung untuk dicek. Apakah tangki bensinnya ini dilapis dengan timbal dan timah itu. Nah, itu belum dapat itu," katanya.
"Jadi, kalau memang dari coating tangki, berarti mobil-mobil yang baru, yang tankinya terbuat dari resin, aman, enggak akan terdampak. Soalnya, bagian terakhir ini kita masih sedang dalam penelitian," ujar Yuswidjajanto.
"Nah, setelah itu kita harus mencari nih, kenapa kok itu bisa rontok? Jadi, pertama diperiksa dulu tangki yang terdampak ini benar di-coating atau tidak. Kalau tidak, ya enggak tahu nih, harus masih lari ke mana lagi carinya gitu. Tapi, kalau misalnya iya, masih ada PR lagi, apa yang membuat dia kandungannya bisa rontok gitu ya," kata Yuswidjajanto.
Yuswidjajanto menambahkan, dalam investigasi ini ada pembagian tugas. Pertamina juga melakukan pengecekan secara internal. Tapi, karena tidak memiliki laboratorium, maka sampelnya dikirim ke Lemigas untuk diperiksa sifat fisika dan kimianya.
Tujuan pengecekan tersebut untuk mengetahui apakah bahan bakar tersebut on-spec atau off-spec, alias sesuai dengan spesifikasi atau tidak. Ternyata, hasilnya adalah on-spec, masih sesuai dengan spesifikasi dari Lemigas.
Kemudian, dicari apakah ada logam seperti hasil penelitian ITB atau tidak, ternyata juga tidak ada. Kemudian, dicari juga ada kemungkinan senyawa lain yang bisa membuat coating dalam tangki rontok atau tidak, tapi itu juga tidak ada di spesifikasinya. Lalu, sekarang sedang diupayakan untuk dites dengan metode lain.
"Kalau ITB, konsentrasinya ke sebenarnya kotoran ini apa, kita dapat dari hasil analisa EDS (Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy), ternyata timbal dan timah. Kita cari di literatur, ternyata kombinasi itu adalah sering dipakai untuk coating di tangki BBM," ujar Yuswidjajanto.
Yuswidjajanto menambahkan, kejadian ini bukan karena kesalahan dari produsen mobil atau Pertamina. Tapi, ada sesuatu di dalam Pertamax itu yang tidak cocok dengan material yang ada di tangki BBM.
"Jadi, kita cari akar masalahnya apa. Sehingga, nanti bisa dimitigasi supaya tidak terjadi lagi di kemudian hari. Karena belum selesai, maka Pertamina bikin rilis yang kecil. Kami juga belum bisa juga mengeluarkan laporan yang komplet, karena masih baru menduga, ini kenapa begini, ini kenapa begitu," ujarnya.
Yuswidjajanto mengatakan, penelitian masih terus dilakukan untuk memastikan dari mana asal usul unsur-unsur pembentuk endapan tersebut.
Sementara itu, pihak Daihatsu mengaku belum mengatahui hasil dari investigasi yang dilakukan oleh tim LAPI ITB.
Sri Agung Handayani, Marketing Director dan Corporate Planning & Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengatakan, pihaknya masih melakukan investigasi secara menyeluruh terakit penyebab kerusakan sejumlah mobil.
"Mohon maaf kami belum tahu tentang hal itu. Saat ini, kami jg berkomunikasi dengan pertamina untuk investigasi yang lebih menyeluruh secara bersama," kata Agung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.