JAKARTA, KOMPAS.com - Menyetir dalam kondisi mengantuk sama saja meningkatkan fatalitas risiko kecelakaan.
Sebagai contoh yang terjadi di Jalan Malaka Selatan, Jakarta Timur, di mana terjadi tabrakan adu banteng antara dua mobil. Dugaannya, pengemudi mengantuk sampai akhirnya menabrak kendaraan dari arah berlawanan.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia Sony Susmana mengatakan, mengemudi saat mengantuk sama saja dalam kondisi setengah sadar.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Ban Motor Soft Kompon buat Harian
View this post on Instagram
"Artinya, mata tidak bisa membaca lalu lintas dengan benar dan otak sudah tidak dapat merespons situasi lingkungan," kata Sony kepada Kompas.com, belum lama ini.
Kalau kondisinya sudah setengah sadar, sama saja pengemudi tidak dalam kendali. Jadi mobil bisa melaju tidak terkontrol, menabrak apa yang ada di depannya.
"Perilakunya loss, ketika mengemudi ya hanya lurus tanpa kontrol, dan berhenti ketika sudah menabrak objek di depan atau samping kiri kanannya,” kata Sony.
Baca juga: Mengemudi dalam Kondisi Mengantuk Bisa Menyebabkan Kecelakaan
Mengantuk sebenarnya disadari oleh pengemudi. Tapi kebanyakan memilih untuk mengabaikan karena merasa tanggung dan ingin cepat sampai.
"Banyak yang bertindak menyiasati dengan merokok, mengobrol, minum kopi, bernyanyi dan lain-lain, padahal otak sudah melemah," kata Sony.
Paling benar buat siasati kantuk adalah dengan berhenti, lalu tidur atau lakukan pemanasan. Jadi badan kembali segar dan oksigen kembali lancar ke otak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.