JAKARTA, KOMPAS.com - Seiring berkembangnya teknologi, setiap pabrikan mobil punya lini produk hybrid. Hybrid bisa jadi pilihan orang yang mau lebih ekonomis dalam konsumsi BBM, tapi tidak perlu repot mengecas baterai.
Cuma, berdasarkan pengalaman bengkel spesialis hybrid dan EV yakni Domo Hybrid EV, tidak semua mobil hybrid mudah diservis kalau terjadi kerusakan. Bahkan kalau mau tidak rugi, hindari merek premium.
Thayne Lika Atau akrab disapa Lung Lung, CEO Dokter Mobil Indonesia, menyarankan untuk tidak beli mobil hybrid keluaran merek Eropa.
Baca juga: Begini Cara Ketahui Kondisi Baterai Mobil Listrik dan Hybrid Sudah Lemah
"Kalau Mercedes-Benz, BMW, Audi, saya tidak sarankan untuk hybrid, benar-benar puyeng. Kita waktu belajar (servis hybrid), sparepart mahal, lalu komponen bisa aneh-aneh. Misal pelat pendingin sendiri, jenis baterai aneh-aneh," ucap Lung Lung di Jakarta belum lama ini.
Bahkan, dia dan tim pernah membongkar Range Rover hybrid di Malaysia dan menemukan harga sparepart bisa dua kali dari mobilnya yang dibeli secara bekas.
"Itu sparepart-nya mahal, inverter 70.000 Ringgit (Rp 239 jutaan). Mobilnya sekarang yang seken saja 30.000 Ringgit (Rp 100 jutaan). Jadi enggak ada yang kuat beli lagi," kata Lung Lung.
Baca juga: Lebih Hemat, Hitungan Biaya Pemakaian Motor Listrik buat Ojol
Saran dari Lung Lung, kalau memang mau beli mobil hybrid, bisa mengacu ke Toyota dan Honda. Sistemnya sudah umum, artinya mudah diperbaiki, masalahnya bisa ditangani dan tentu sudah banyak refurbished kalau cari baterai bekas.
"Sistem (hybrid) paling bagus Toyota. Honda itu masalahnya di inverter, setelah beberapa tahun. Kalau Toyota biasanya baterai, maksudnya masih wajar (karena pemakaian)," kata Lung Lung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.