Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peredaran Oli Palsu Makin Marak, Konsumen Harus Lebih Kritis

Kompas.com - 18/01/2024, 19:11 WIB
Reni Susanti,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peredaran oli atau pelumas sepeda motor palsu semakin menghawatirkan. Sebab kemasannya sangat mirip dengan yang asli.

Bahkan, penyebaran oli palsu tidak hanya merambah toko online, melainkan sudah masuk ke bengkel motor besar, hingga toko spare part.

Meski polisi sudah mengungkap sejumlah pabrik oli palsu seperti di Tangerang dan Sidoarjo, peredarannya masih tetap masif. Sebab hingga kini oli-oli palsu masih bisa ditemui di bengkel motor dan toko suku cadang.

Dalam sebuah investigasi yang dilakukan dengan membeli oli secara acak di toko sparepart, bengkel, dealer resmi, hingga online shop, diketahui, 40 persen sampel oli yang dibeli merupakan oli palsu setelah dicek melalui scan kode QR.

Harga oli palsu yang dibeli di toko sparepart dan bengkel tersebut umumnya di bawah pasaran. Bahkan, 90 persen oli yang dibeli di marketplace dengan harga tidak wajar juga terindikasi palsu.

Baca juga: Resmi Meluncur di Indonesia, Ini Kepanjangan dari BYD

Peredaran oli palsu ini tidak hanya merugikan produsen oli resmi dan industri otomotif, namun yang paling dirugikan adalah konsumen. Sebab, penggunaan oli palsu bisa merusak sejumlah komponen mesin motor dalam jangka panjang.

“Adapun dalam jangka pendek, penggunaan oli palsu bisa dideteksi dalam beberapa hari setelah ganti oli. Suara motor menjadi kasar, tarikan menjadi berat,” kata Afandi, pemilik bengkel Afandi Sport, Kamis (18/1/2024).

Afandi menjelaskan, konsumen sepeda motor, terutama motor dengan transmisi otomatis alias matic sekarang harus lebih waspada saat melakukan servis penggantian oli. Apalagi jika penggantian oli dilakukan bukan di bengkel resmi.

Secara fisik konsumen awam akan sangat sulit membedakan oli palsu. Tampilan oli palsu sangat mirip dengan oli original keluaran pabrikan.KOMPAS.com/Gilang Secara fisik konsumen awam akan sangat sulit membedakan oli palsu. Tampilan oli palsu sangat mirip dengan oli original keluaran pabrikan.

Konsumen harus lebih peka dan jangan sepenuhnya mempercayakan kepada bengkel. Namun, konsumen juga disarankan mengecek terlebih dahulu keaslian oli. Berikut cara mengecek keaslian oli:

1. Sobek Label (Scan Kode QR)

Salah satu cara mudah mengecek keaslian adalah melakukan scan Kode QR di label kemasan yang sudah disediakan oleh masing-masing merek.

Sebagai contoh pada oli Yamalube, terdapat Kode QR di balik kemasan label. Kode QR yang bisa dilihat dengan melepas stiker label depan.

Kode QR tersebut dapat dipindai dengan ponsel. Saat memindai, konsumen akan diarahkan ke situs resmi Yamalube.

Setelah itu cek validasi dengan menekan tombol warna merah bertuliskan “cek validasi”. Jika muncul centang hijau dengan tulisan “BERHASIL”, bisa dipastikan oli Yamalube tersebut asli.

Sementara bila keluar silang merah atau bertuliskan “GAGAL” berarti oli Yamalube itu terindikasi palsu. Canggihnya, kode QR ini berbeda pada setiap botolnya dan setiap kode maksimal hanya bisa divalidasi 3 kali.

2. Cek Kasat Mata (Fisik Botol)

Selain melalui kode QR, konsumen juga sebenarnya bisa memeriksa label secara kasat mata, walaupun sedikit lebih sulit. Pasalnya, Oli Yamalube dikemas dengan label yang didesain sedemikian rupa agar sulit dipalsukan.

Untuk membedakannya dengan oli palsu, pertama pada tutup botol. Tutup botol Yamalube yang asli menyatu dengan botolnya, sehingga tidak dapat dibuka dengan cara diputar seperti biasa, melainkan perlu dicongkel atau ditusuk.

Kedua, label botol yang lebih mudah dilepas/disobek dengan maksud mempermudah proses scan kode QR di balik label, namun label tersebut tidak dapat ditempel Kembali.

3. Hasil Uji Laboratorium

Langkah lainnya adalah uji laboratorium. Sampel oli yang asli dan oli yang diduga palsu ke laboratorium Lemigas, Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Kementerian ESDM.

Setelah 14 hari, hasil uji laboratorium menunjukkan beberapa perbedaan antara oli palsu dan oli asli.

Dari 5 sampel, dua di antaranya diduga oli palsu karena tidak mengandung kadar TBN atau total base number. TBN ini merupakan kuantitas atau jumlah zat aditif dalam oli. Zat aditif ini berfungsi untuk membersihkan residu dan hasil-hasil pembakaran atau kerak.

"Tanpa aditif ini, mesin ini sulit dibersihkan," kata Muhammad Fuad, Peneliti Produk BBM dan Pelumas di Lemigas.

Metal Content oli asli biasanya mengandung zat aditif yang terdiri dari kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan Zinc (Zn). Oli palsu biasanya menunjukkan angka nol.

Oli yang tanpa zat aditif itu hanya berisi minyak pelumas dasar (base oil).

Kuncinya kita sebagai konsumen juga bisa berperan aktif dalam memerangi oli palsu dengan cara lebih kritis saat membeli oli dengan cara lakukan pengecekan keaslian oli melalui fasilitas kode QR yang sudah disediakan oleh masing-masing merek oli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com