BOGOR, KOMPAS.com - Terminal tipe A Baranangsiang menjadi salah satu wajah dari Kota Bogor, Jawa Barat. Akan tetapi, kondisi Terminal Baranangsiang bisa dikatakan tidak layak sebagai terminal andalan kota besar seperti Bogor.
Meskipun lokasinya berada di tengah kota dan dekat dengan Istana Presiden, terminal ini belum melakukan revitalisasi seperti terminal bus lainnya yang telah diresmikan oleh pemerintah.
Kondisi gedung utama masih berupa bangunan lama, bahkan dan banyak lubang-lubang di area terminal.
Kepala Terminal Tipe A Baranangsiang Moses Lieba Ari mengatakan, bukannya pemerintah tidak mau melakukan revitalisasi, hanya saja kondisinya masih terganjal oleh perjanjian dengan perusahaan yang mengelola terminal tersebut.
Baca juga: Cara Pilih Pelindung Sepatu yang Baik buat Musim Hujan
"Sebab aset ini sudah disewakan oleh Pemerintah Kota Bogor kepada pihak ketiga yaitu ke PT PGI. Kalau tidak ada perjanjian itu pastinya akan revitalisasi segera," kata Moses kepada Kompas.com, Kamis (18/1/2024).
Moses menjelaskan, sesuai dengan implementasi Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Otonomi Daerah, setiap kabupaten, kota dan provinsi harus menyerahkan satu terminalnya untuk menjadi terminal tipe A, untuk dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Terminal Baranangsiang sendiri baru dikelola oleh Kemenhub pada 2018, sementara pada 2012 sudah disewakan kepada pihak PGI dalam kurun waktu 30 tahun.
Tapi perjanjian penyewaan itu dengan kota Bogor tetap berjalan, sehingga dana APBN tidak boleh masuk selama perjanjian itu masih berlangsung.
Baca juga: Toyota Tetap Kembangkan Mesin Konvensional di Era Mobil Listrik
"Kita menunggu pihak PGI membangun, ternyata pihak PGI hingga hari ini tidak membangun apa-apa. Tapi sejauh ini kami berusaha membuat terminal ini terawat, tidak perlu bagus, paling tidak lebih layak," katanya.
Moses juga mengatakan, saat akan akan masuk musim mudik lebaran, dimana aktivitas bus lebih sibuk, dirinya minta tolong pimpinan pusat agar minimal jalan berlubang ditambal dengan semen. Sehingga penumpang bus saat naik atau turun di teminal tidak tergoncang.
"Bukan aspal sebab kalau pakai aspal dananya ratusan juta. Pimpinan mengabulkan, hanya saja karena kendaraan yang lewat berukuran besar setiap hari dan perawatan ini tidak dilakukan setiap saat, maka jalannya mudah bolong lagi," kata Moses.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.