JAKARTA, KOMPAS.com - Peredaran pelumas atau oli palsu menjadi momok tersendiri buat pemilik kendaraan bermotor. Oli palsu jelas merugikan, karena kandungannya tidak sesuai standar dan lama-kelamaan bisa merusak mesin.
Sayangnya kata Apin, pemilik toko Pelita Oil di sentra mobil Blok M, Jakarta Selatan, secara fisik konsumen akan sangat sulit membedakan oli asli dan oli palsu. Sebab tampilan oli palsu bisa sangat mirip dengan oli asli.
Baca juga: Awas Penipuan, Link Palsu Astra Financial Jual Mobil Bekas Murah
Apin bercerita, dia pernah menemukan kasus oli palsu. Kala itu ada konsumen datang ke tokonya dan ingin membeli oli karena di tempat yang dia beli sebelumnya habis. Tapi rupanya harga oli di tempat Apin lebih mahal.
"Pernah orang sudah beli terus bertanya ke kami harganya tidak masuk," kata Apin kepada Kompas.com, yang ditemui di Jakarta, (26/7/2023).
"Misalnya waktu itu, saya tidak sebut merek ya, dia beli di tempat lain yang SAE 10-40 untuk mobil Toyota tapi beli Rp 65.000-Rp 70.000 per liter sedangkan saya jual Rp 90.000 per liter," kata Apin.
"Dia bilang kok mahal sekali jualnya. Terus saya bilang saya beli resmi langsung dari distributor saya tidak bisa jual murah seperti toko lain," kata Apin.
Baca juga: All New Mitsubishi Triton Resmi Meluncur, Pakai Mesin Baru
Konsumen yang penasaran itu kemudian membuat sedikit percobaan. Dia membuka oli yang dibeli di tempat lain dan yang beli di toko Apin kemudian membandingkannya. Ternyata saat dilihat oli di tempat lain mengeluarkan gelembung udara.
"Dia beli oli seliter kemudian dia tuang (sedikit) di gelas plastik dan yang beli di kami juga," kata Apin.
"Kemudian yang dia beli di tempat lain ketika dituang itu ada buih-buihnya, yaitu udara. Jadi ada udara gitu di atasnya, memang tidak banyak tapi ada buihnya," katanya.
Baca juga: Amankah Formula Oli Aditif buat Mesin Kendaraan?
Apin mengingatkan konsumen bahwa beda harga mahal sedikit tidak masalah yang penting oli asli.
Jangan karena terlalu sensitif soal harga kemudian hari justru mengorbankan mesin dengan memakai oli yang keasliannya dipertanyakan.
Saat ini kata Apin, konsumen patut curiga jika harga oli terlampau murah maka itu bisa jadi oli palsu atau "masakan", yaitu oli bekas yang kemudian diolah lagi dan dijual sebagai oli baru.
"Belum lagi kalau oli masakan. Oli bekas yang dibeli kemudian diolah lagi dibikinlagi atau dimasyarakat itu jadi oli palsu," kata Apin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.