JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan, peralihan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) ke listrik merupakan salah satu upaya terciptanya net zero emission (NZE).
Salah satu instrumen mendorong hal tersebut ialah penggunaan motor konversi. Apalagi, program terkait sedang mendapatkan bantuan pemerintah atau insentif sebesar Rp 7 juta.
“Peralihan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) ke listrik merupakan salah satu upaya mendorong tercapainya NZE tahun 2060. Apalagi saat ini kita tengah berupaya melakukan transisi energi ke EBT, jadi nanti emisinya bisa nol kalau listriknya sudah pakai EBT,” kata Arifin dalam keterangannya, Jumat (14/7/2023).
Baca juga: Sebelum MotoGP, Sirkuit Mandalika Akan Dipakai untuk ARRC 2023
Arifin menambahkan, potensi besar EBT yang kita miliki, merupakan modal luar biasa untuk melakukan transisi energi. Dibutuhkan koneksi antar pulau, agar potensi yang ada di bisa dinikmati seluruh masyarakat dan industri.
“Saya apresiasi seluruh stakeholder yang terus membantu mendukung transisi EBT dalam infrastruktur kita. Semoga pengembangan EBT bisa memajukan dan menyejahterakan rakyat,” beber Arifin.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, agar tercipta ekosistem yang baik dalam peningkatan jumlah pengguna kendaraan listrik memerlukan kolaborasi dari seluruh pihak
Lewat kolaborasi ini, ekosistem kendaraan listrik di Indonesia bisa terakselerasi, solid dan berdaya saing tinggi.
"Kami menghadirkan showcase motor konversi yang merupakan salah satu wujud kolaborasi PLN sehingga transisi energi juga dapat mendorong manfaat bagi pelaku bisnis," kata dia.
Baca juga: Pahami Lagi Aturan Berkendara yang Aman di Pertigaan
"Tak lain tujuannya adalah agar memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat dan juga menciptakan lingkungan yang lebih bersih guna mencapai tujuan NZE tahun 2060,” ujar Darmawan.
Ia melanjutkan, satu-satunya cara menurunkan emisi dari sektor transportasi adalah dengan mendorong transisi kendaraan BBM ke listrik.
Sebagai gambaran perbandingan, emisi antara kendaraan listrik dan kendaraan BBM yaitu, 1 liter BBM sama dengan 1,5 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg Co2e dan sedangkan emisi karbon 1,5 kWh listrik adalah 1,5 kg Co2e.
“Artinya menggunakan kendaraan listrik hari ini, sudah mengurangi 50 persen emisi karbon dan bisa menurunkan 75 persen biaya operasional. Ditambah lagi PLN bersama IBC dan stakeholder lain bekerja sama dalam pengembangan manajemen sistem dalam melakukan standardisasi dalam hal baterai kendaraan motor listrik,” lanjut Darmawan.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Sering Memindahkan Tuas Matik Bisa Bikin Rusak Transmisi?
Dengan jarak tempuh 10 km untuk mobil dan 50 km untuk motor, membutuhkan listrik sebesar 1,5 kWh. Dengan asumsi tarif listrik sebesar Rp1.699,53 per kWh maka, hanya diperlukan sekitar Rp2.500.
Sedangkan dengan jarak yang sama menggunakan mobil berbasis BBM, membutuhkan 1 liter BBM dengan harga sekitar Rp13 ribu per liter.
“PLN berkomitmen untuk konsisten mendukung dan mendorong gaya hidup ramah lingkungan khususnya di sektor transportasi melalui percepatan penyediaan infrastruktur kendaraan listrik seperti charging station baik bagi mobil maupun motor listrik," ucap Darmawan.
Saat ini PLN sudah mengembangkan 616 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 351 titik tersebar secara nasional, sedangkan untuk Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) sudah ada 1.401 unit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya