JAKARTA, KOMPAS.com - Perawatan ban mobil sebenarnya bisa dilakukan dengan mudah. Salah satu bentuknya dengan menjaga tekanan udara melalui pengecekan yang rutin.
Meski demikian, walau sudah ada pedoman pengisian tekanan udara ban yang jadi standar pabrikan, tak jarang pemilik mobil asal dalam memberikan tekanannya.
Kondisi tersebut terkadang membuat tekanan udara yang masuk tak sesuai dengan rekomendasi, lantaran bisa kurang atau lebih.
Sebelumnya, On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Tbk Zulpata Zainal menjelaskan, baiknya pemilik mobil melakukan pengisian tekanan udara sesuai rekomendasi pabrikan.
Baca juga: Pilihan MPV Murah di Bawah Rp 250 Juta untuk Mudik Lebaran
Caranya cukup melihat spesifikasi melalui tabel stiker yang biasanya terletak di pintu pengendara. Karena bila tekanan udara tak sesuai, makan bisa memberikan dampak yang merugikan.
"Kalau tekanan udara pada ban itu kurang, dampak negatifnya akan lebih banyak dibanding kelebihan udara," kata Zulpata beberapa waktu lalu.
Saat tekanan udara pada ban kurang, otomatis akan membuat mobil menjadi lebih berat ketika dijalankan dan boros bahan bakar.
Bahkan besar kemungkinan membuat usia pakainya jadi lebih pendek sampai menyebabkan risiko yang fatal.
Baca juga: Apa Benar Karakter Ban MT Bergetar Saat Digunakan di Aspal?
Zulpata menjelaskan, karena tekanan udara kurang, makan ban akan mengalami defleksi yang berlebih. Imbas dari hal tersebut, membuat permukaan panas dan berbahaya saat berkendara di kecepatan tinggi.
Hal serupa juga disampaikan Customer Engineering Support Michelin Indonesia Muhammad Fachrul Rozi. Menurutnya, imbas tekanan udara yang kurang akan berpotensi membuat pecah ban.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.