JAKARTA, KOMPAS.com – Kemacetan masih menjadi fenomena yang terjadi di DKI Jakarta, terutama pada jam sibuk. Padatnya kendaraan membuat banyak orang harus menghabiskan waktu berjam-jam di jalan.
Bahkan, meski telah ada pembaharuan infrastruktur dan juga sejumlah pilihan kendaraan umum, namun macet masih saja terjadi di ibu kota ini.
Pengamat transportasi Ketua Institusi Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas mengatakan jika fasilitas kendaraan umum jalur datar di Jakarta saat ini sudah sangat baik jika dibandingkan dulu.
Baca juga: Industri Butuh Dukungan Demi Optimalisasi Ekspor Mobil Australia
“Transjakarta atau busway itu sudah cocok untuk Jakarta. Kemudian KRL Jabodetabek juga cocok. Jadi kalau percaya dengan kendaraan umum tinggalkan kendaraan pribadi. Kalau tidak mau pindah, kendaraan pribadi akan tetap merajai,” kata Darmaningtyas kepada Kompas.com, Kamis (28/1/2023).
Berdasarkan data kendaraan yang diterbitkan oleh Korlantas Polri, Kamis (26/1/2023), total kepemilikan mobil pribadi di Jakarta yakni 3.614.575 unit dan sepeda motor 17.252.412 unit. Jumlah tersebut juga selalu meningkat setiap saat.
Padahal, menurut Darmaningtyas fasilitas kendaraan umum di Jakarta sudah mumpuni bagi mobilitas masyarakat. Hanya saja, masih perlu ada beberapa perbaikan agar pelayanan lebih sempurna dan menarik minat masyarakat.
“Misalnya untuk layanan dari Transjakarta yang harus dipercepat kedatangan busnya, jalurnya di steril Itu saja,” kata Darmaningtyas.
Adapun solusi yang bisa dipakai agar masyarakat lebih melirik penggunaan kendaraan umum adalah menerapkan aturan wajib menggunakan angkutan umum secara bergiliran.
Baca juga: Truk Trailer Tertabrak Kereta Api, Waspada Lewat Lintasan
Darmaningtyas memaparkan, misalnya setiap senin semua instansi yang berkaitan dengan pendidikan, seperti sekolah, Dinas Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan juga lembaga kursus, wajib menggunakan kendaraan umum.
Kemudian hari Selasa, semua instansi yang berkaitan dengan perhubungan Kementerian Perhubungan, seperti Dinas Perhubungan, biro travel dan sebagainya menggunakan angkutan umum dan seterusnya.
“ Tidak usah bikin MRT atau LRT. Cara-cara seperti itu sudah bisa mengatasi kemacetan. Kalau hal-hal itu tidak ditangani, meski bikin LRT atau MRT yak kemacetan akan tetap terjadi,” kata Darmaningtyas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.