JAKARTA, KOMPAS.com - Kesepakatan kemitraan perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel), Indonesia-Korea Comperhensive Economic Partnership Agreement atau IK-CEPA resmi berlaku pada 1 Januari 2023.
Implementasi ini, sebagaimana dikatakan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, sekaligus menandai peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia bersama Korsel yang sudah berlangsung sejak 2017 lalu.
"Dengan diimplementasikannya IK- CEPA pada awal tahun ini, para pelaku usaha dapat memanfaatkan cakupan IK-CEPA yang komperhensif. Misalnya penghapusan tarif bea masuk perdagangan, peningkatan perdagangan jasa, sampai pengembangan peluang investasi," katanya dikutip Kompas.com dari laman resmi Kemendag, Minggu (8/3/2023).
Baca juga: PO Haryanto Langsung Rilis 2 Bus Baru Usai Rian Mahendra Keluar
Lebih jauh, Zulkifli mengatakan, bila perjanjian IK-CEPA akan memberi berbagai manfaat bagi Tanah Air. Pertama, semakin terbukanya akses untuk ekspor barang dari Indonesia ke sana (Korea Selatan).
Sebab melalui kerja sama dagang ini, Korsel memberikan kemudahan dalam hal tarif bea masuk berupa eliminasi 11.267 pos tarif atau 95,5 persen total pos tarif menjadi nol (0) persen.
Beberapa produk yang akan semakin terbuka akses pasarnya, antara lain sepeda, sepeda motor, aksesori kendaraan bermotor, produk olahan ikan, salak, dan produk tekstil seperti kaos kaki.
Lalu, peluang peningkatan investasi yang bersifat jangka panjang juga semakin terbuka lebar. Apalagi selama ini Korsel telah menunjukkan keseriusan berinvestasi di Indonesia, khususnya pada sektor otomotif, logam, kimia, dan energi terbarukan.
Baca juga: Segini Rata-rata Gaji Sopir Bus AKAP di Indonesia
Sebagai contoh, masuknya investasi sebesar 1,155 miliar dollar AS atau Rp 20 triliunan dari Hyundai untuk membuat pabrik kendaraan bermotor di Delta Mas, Cikarang, Jawa Barat.
Fasilitas ini, digunakan PT Hyundai Motors Indonesia untuk memproduksi mobil berbahan bakar dan kendaraan listrik seperti Ioniq 5. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasinya sampai akhir 2022 sudah mencapai Rp 14 triliun.
Kemudian ada juga komitmen senilai 1,1 miliar dollar AS atau Rp 15,95 triliun dari Hyundai dan LG Energy Solution Ltd melalui nota kesepahaman (MoU) pada 2021, untuk membuat pabrik baterai mobil listrik di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Menggandeng PT Industri Baterai Indonesia (IBC), konstruksi pabrik ini pada akhir 2022 lalu sudah berkisar 40-50 persen. Pada 2024, pabrik ditargetkan memproduksi baterai 10 gigawatt hour (GWh) dan satu tahun setelahnya (2025), mulai memproduksi baterai listrik secara massal.
Baca juga: Salah Pakai Cover Mobil Bisa Bikin Cat Rusak
Terbaru, Hyundai Motor Group juga berencana membangun pabrik baterai pack untuk mobil listrik berbasis baterai alias battery electric vehicle (BEV) pada semester kedua di tahun 2024 mendatang melalui anak usaha baru, Hyundai Energy Indonesia.
Meski belum disebut tambahan investasinya, fasilitas itu akan mengoptimalkan proses percepatan penggunaan kendaraan listrik Hyundai di Indonesia baik di dalam negeri dan luar negeri (ekspor).
"Dengan IK-CEPA juga, semakin terbukanya perdagangan jasa Indonesia ke Korsel. Lebih dari 100 subsektor jasa dengan penyertaan modal asing berkisar 49 persen sampai 100 persen, bisa memfasilitasi pergerakan intra-corporate transferness, business visitors, dan independent professionals," kata Zulkifli lagi.
Keempat, terbuka peluang kerja sama ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia (SDM). Melalui IK-CEPA, Indonesia mendapatkan program-program kerja sama ekonomi yang membawa kapasitas SDM Indonesia menjadi lebih ahli, terampil, dan sesuai dengan kebutuhan industri.
Baca juga: Jangan Bangga Bila Motor Sukses Lewati Banjir, Cek Komponen Ini
“Seluruh manfaat ini saling mendukung satu sama lain dan di sinilah esensi dari IK-CEPA. Bukan hanya soal ekspor barang dan jasa, tetapi juga bagaimana perjanjian ini mampu mendorong daya saing ekonomi serta meningkatkan kualitas SDM Indonesia,” ujarnya.
IK-CEPA ditandatangani Indonesia dan Korsel pada 18 Desember 2020 di Seoul (Korsel). Sebelumnya, persetujuan bilateral ini diluncurkan pertama kali pada 2012 dan berlangsung hingga tujuh putaran sebelum terhenti pada 2014.
Adapun pada periode Januari-Oktober 2022, total perdagangan Indonesia dan Korea Selatan tercatat sebesar 20,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS), naik 40,36 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 14,6 miliar dolar AS.
Pada periode ini, ekspor Indonesia ke Korsel sebesar 10,6 miliar dolar AS, sedangkan impor dari Korsel tercatat sebesar 9,9 miliar dolar AS sehingga memberikan surplus bagi Indonesia sebesar 712,3 juta dolar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.