JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan bahwa pemberian suatu insentif atau subsidi untuk kendaraan bermotor listrik di Indonesia memiliki banyak tujuan. Salah satunya, guna mendorong hilirisasi dan pertumbuhan manufaktur nasional.
Mengingat saat ini era elektrifikasi masih sangat baru di dunia otomotif. Sehingga supaya bisa mempercepatnya, butuh berbagai strategi seperti diberikannya insentif yang mampu menimbulkan dampak kepada pasar dan industri itu sendiri.
"Ini juga dalam rangka mendorong hilirisasi dan insentif ini kita pelajar dari negara-negara lain yang penggunaan motor dan mobil listriknya jauh lebih tinggi di Indonesia," kata Agus dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 Menjaga Resiliensi Ekonomi Melalui Transformasi Struktural yang disiarkan secara daring, Rabu (21/12/2022).
Baca juga: Jokowi Buka Kemungkinan Beri Insentif untuk Angkutan Umum Listrik
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa insentif merupakan satu dari empat tantangan hilirisasi yang bertujuan untuk mewujudkan transformasi struktural dalam industri manufaktur.
Insentifnya sendiri, harus ramah terhadap investor dan pasar. Dalam artian, selain dapat merangsang daya beli, harus juga bisa adil sehingga para pelaku bisnis juga terangsang untuk mempercepat elektrifikasi.
"Jadi insentif ini perlu dan kita harus melakukan benchmarking terhadap insentif-insentif apa yang dilakukan negara-negara lain, khususnya negara kompetitor," kata Agus.
Tantangan lain yang harus dihadapi industri manufaktur dalam melakukan hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah adalah sumber daya manusia yang kompeten. Pasalnya setiap tahun sektor manufaktur membutuhkan paling kurang 600.000 tenaga kerja baru.
Baca juga: Menko Airlangga Pastikan Insentif Mobil Listrik Bukan untuk Orang Kaya Saja
Kemudian perluasan kerja sama internasional untuk membuka pasar ekspor baru juga menjadi tantangan tersendiri. Pemerintah telah menetapkan Eropa dan Afrika sebagai target pasar ekspor melalui penyelesaian perundingan IEU-CEPA.
"Khususnya bagi industri manufaktur agar barang-barang kita lebih mudah dikirim ke Eropa sebagai market yang cukup besar. Afrika juga negara-negara non traditional market yang harus kita ekspor," ujar dia lagi.
Sedangkan tantangan keempat dalam hilirisasi adalah tekanan dari international trade dan diplomasi nikel seperti gugatan ekspor nikel di World Trade Organization.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.