JAKARTA, KOMPAS.com - Gaya berkendara ala "Superman" yang tiduran di atas jok sepeda motor tak cuma terjadi di Indonesia tapi marak di Malaysia. Gaya seperti ini biasanya dilakukan oleh para pelaku balap liar.
Polisi Malaysia melakukan tindakan keras untuk menekan perilakuk tersebut. Siapa yang terbukti mengendarai motor ala Superman akan didenda mulai dari 5.000-15.000 ringgit Malaysia yakni setara Rp 17 juta - Rp 53 juta, atau ancaman pidana 5 tahun.
Baca juga: Antisipasi Kepadatan di Tol Cipali, Pakai Skema Contraflow
Hal tersebut diunggah oleh polisi Malaysia lewat media sosial. Naik motor ala Superman melanggar Undang-Undang Transportasi Jalan 1987 Bagian 42(1) yang mencakup mengemudi sembrono atau berbahaya.
“Stunt riding dan 'Superman' adalah hal yang umum di kalangan pengendara muda di jalan raya untuk mencari sensasi. Sadarkah mereka bahwa tindakan seperti itu tidak hanya membahayakan diri mereka sendiri tetapi juga dapat mempengaruhi pengguna jalan lainnya?," tulis Paultan.org, Minggu (11/12/2022).
Selain membayar denda tilang, SIM pelaku yang melakukan aksi ala Superman juga akan dicabut. Pelaku juga tidak boleh mengajukan SIM untuk jangka waktu lima tahun setelah hukuman.
Baca juga: 5 Jalan di Solo yang Ditutup Sementara Saat Pernikahan Kaesang - Erina
Balik ke Indonesia, gaya naik motor ala Superman juga banyak dilakukan anak muda. Bedanya di Malaysia pemegang aturan berusaha menerapkan hukuman berat untuk menekan perilaku berbahaya tersebut.
Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, balap liar adalah sebuah perilaku tidak aman, bodoh dan tidak bertanggung jawab sama sekali.
Karena membahayakan diri sendiri, serta dapat merusak tatanan hidup keluarga mereka dan orang lain.
“Kalau memang hobi lakukan di tempat tertutup seperti sirkuit. Jangan di ruang publik dan jalan raya,” ucap Jusri belum lama ini kepada Kompas.com.
Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menambahkan, aktivitas balap liar memang sulit untuk diberantas.
“Ini menyangkut anak muda yang kurang beraktivitas yang terarah dan minimnya penyaluran terhadap mereka. Setiap kali ada jalan kosong, sepi, baru, tertutup, selalu dimanfaatkan oleh mereka, dan aksi mereka semakin menggila karena tidak adanya penertiban juga selalu didukung oleh adanya penonton,” kata Sony.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.